"Orkestra ini tidak boleh biasa saja, harus membuat gebrakan dan sesuatu yang baru. Misalnya saja gender equality, dimana dunia musik klasik ini dinilai masih 'sangat laki', sehingga kami melibatkan musisi wanita di dalamnya," kata Ananda dalam temu daring pada Rabu.
Baca juga: Jawaban Ananda Sukarlan pada warganet soal walk out
Ia juga mengatakan, targetnya untuk mendapatkan separuh-separuh jumlah lelaki dan perempuan hanya meleset sedikit menjadi 34 lelaki dan 26 perempuan.
Lebih lanjut, pria yang juga merupakan pianis dan komposer tersebut mengatakan, ia juga mengajak banyak musisi muda yang tak kalah berbakat untuk terlibat pada G20 Orchestra, yang akan dihelat 12 September mendatang.
"Ini karena kami ingin selalu berinovasi, dan kita membutuhkan anak muda di dalamnya. Kita juga menyentuh isu disabilitas, dan berhubungan pula dengan slogan G20 yakni 'Recover Together, Recover Stronger. Kami ingin menunjukkan itu," papar Ananda.
Ia pun berharap, orkestra tersebut mampu menjadi warisan Indonesia untuk musik klasik di kancah internasional. "Mengingat kita melibatkan para musisi dengan berbagai latar belakang, bahasa, dan budaya yang berbeda. Pada akhirnya, musik adalah bahasa yang universal," ujar Ananda.
"Musik juga untuk menyatukan perbedaan. Musik fungsinya bukan hanya untuk hiburan. Fungsinya antara lain juga sebagai dokumentasi yang tercermin dari programnya, menjadi satu bentuk diplomasi dan komunikasi, bukan hanya antarnegara, tapi juga antarmanusia yang berbeda," imbuhnya.
Adapun G20 Orchestra akan digelar di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 12 September 2022, atas inisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk mendorong musik klasik Indonesia.
G20 Orchestra sendiri melibatkan musisi yang termasuk dalam keanggotaan dari 18 negara G20. Ananda juga mengatakan, program ini juga tidak terpaku pada karya biasa di dunia musik klasik, tetapi ada kesegaran dalam konten program, serta mengajak masyarakat untuk mengenal musik klasik yang masih relevan dari tahun ke tahun.
"Senada dengan UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, apapun kebudayaannya, tidak bisa dimasukkan ke dalam lemari es, melainkan harus tetap cair dan relevan hingga sekarang," kata Ananda.
"Belajar musik bagi saya juga tentang belajar histori. Dokumentasi ini bisa dipelajari dan membuat kita lebih aware dengan apa yang kita lakukan di masa depan," ujarnya menambahkan.
Baca juga: G20 Orchestra, yang terbaik dari dunia berkumpul di Indonesia
Baca juga: Cek Fakta: Vaksin Nusantara didukung 105 tokoh?
Baca juga: Ananda Sukarlan dan Joy Tobing berkolaborasi bantu penanganan COVID-19
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022