Staf Khusus Menteri Agama Nuruzzaman menyampaikan Indonesia belum ada rencana kerja sama pendidikan dengan perguruan tinggi dari Libya.kerja sama internasional tersebut harus dilakukan secara selektif
Pernyataan itu menanggapi Rektor Universitas Islam Makassar (UIM), Majdah M Zain yang akan membuka kelas pendidikan tinggi di Indonesia bekerja sama dengan Dakwah Islamiah Libya The Islamic Call Society (Fakultas Dakwah Islamiah).
"Rencana Universitas Islam Makassar yang ingin menjalin kerja sama internasional dengan Dakwah Islamiah Libya The Islamic Call Society (Fakultas Dakwah Islamiah) Tripoli Libya belum terinfo kepada kami. Kami tidak tahu menahu dan belum mengetahui soal itu," ujar Nuruzzaman dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan Kemenag memang terus mendorong Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) untuk meningkatkan kerja sama internasional. Sebab, selain aspek peningkatan mutu, sinergi semacam itu juga dapat mengakselerasi peringkat akreditasi perguruan tinggi Islam.
"Namun demikian, kerja sama internasional tersebut harus dilakukan secara selektif," katanya.
Baca juga: Indonesia-Libya tingkatkan kerja sama ekonomi
Baca juga: Indonesia-Libya Jalin Kerja Sama Bidang Sosial
Hal senada disampaikan Kasubdit Kelembagaan dan Kerja Sama Direktorat Diktis Kementerian Agama, Thobib Al Asyhar. Menurutnya, kerja sama yang dibangun, baik dengan universitas di luar negeri, lembaga atau komunitas akademik harus dapat memberi manfaat bagi pengembangan PTKI.
Salah satunya, kata dia, agar PTKI juga dapat direkognisi oleh dunia global. Untuk itu, semua pihak yang akan diajak bekerja sama harus dilihat reputasi dan jejak kelembagaannnya.
"Bagi PTKI, baik negeri maupun swasta agar betul-betul ngecek reputasi dan jejak kelembagaan maupun individu di luar negeri apakah ada masalah atau tidak. Jadi bukan hanya kerja sama dengan luar negeri yang kita justru tidak tahu apa efek di kemudian hari," tuturnya.
Baca juga: Delegasi Libya sepakat berbisnis dengan 3 pelaku usaha di Kudus
Hal senada disampaikan Kasubdit Kelembagaan dan Kerja Sama Direktorat Diktis Kementerian Agama, Thobib Al Asyhar. Menurutnya, kerja sama yang dibangun, baik dengan universitas di luar negeri, lembaga atau komunitas akademik harus dapat memberi manfaat bagi pengembangan PTKI.
Salah satunya, kata dia, agar PTKI juga dapat direkognisi oleh dunia global. Untuk itu, semua pihak yang akan diajak bekerja sama harus dilihat reputasi dan jejak kelembagaannnya.
"Bagi PTKI, baik negeri maupun swasta agar betul-betul ngecek reputasi dan jejak kelembagaan maupun individu di luar negeri apakah ada masalah atau tidak. Jadi bukan hanya kerja sama dengan luar negeri yang kita justru tidak tahu apa efek di kemudian hari," tuturnya.
Baca juga: Delegasi Libya sepakat berbisnis dengan 3 pelaku usaha di Kudus
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022