• Beranda
  • Berita
  • KLHK sebut masyarakat harus kelola sampah berkelanjutan

KLHK sebut masyarakat harus kelola sampah berkelanjutan

27 September 2022 17:51 WIB
KLHK sebut masyarakat harus kelola sampah berkelanjutan
Kepala Pusat Pengembangan Generasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI Cicilia Sulastri (tengah) saat diskusi di acara konferensi pers Otsuka Blue Planet di PT Amerta Indah Otsuka, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (27/9/2022) (ANTARA/Suci Nurhaliza)

kalau memang tidak bisa didaur ulang yang aman, lebih baik kita cari perusahaan yang bisa mengolah itu

Kepala Pusat Pengembangan Generasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI Cicilia Sulastri menyatakan masyarakat harus mengelola sampah dengan baik melalui edukasi, pendampingan, hingga pembentukan dan pemberdayaan kader.

"Kami lakukan edukasi kepada masyarakat. Lalu setelah diedukasi, adakan pendampingan. Kemudian pembentukan dan pemberdayaan kader," kata Cicilia kepada wartawan di Sukabumi, Jawa Barat, Selasa.

Menurut Cicilia, pengadaan bank sampah dapat menjadi salah satu sarana untuk mengedukasi masyarakat agar mau mengelola sampah secara mandiri, baik sampah organik maupun anorganik.

Melalui bank sampah, kata dia, masyarakat diharapkan dapat memahami bahwa sampah dapat diolah menjadi berbagai produk yang memiliki nilai ekonomi.

Untuk sampah anorganik, misalnya, Cicilia mengatakan dapat didaur ulang menjadi ecobrick lalu dijadikan berbagai produk furnitur yang memiliki daya jual, dengan tetap memperhatikan sisi keamanan.

Baca juga: KLHK amankan dua tersangka PT SIPP terkait pencemaran di Riau

Baca juga: KLHK: Kurangi sampah plastik perlu kontribusi masyarakat dan swasta


"Tapi kalau memang tidak bisa didaur ulang yang aman, lebih baik kita cari perusahaan yang bisa mengolah itu," imbuh Cicilia.

Sedangkan untuk sampah organik, lanjut dia, dapat didaur ulang menjadi pupuk dan produk lainnya seperti maggot, yakni larva dari BSF (lalat hitam) yang mampu mendegradasi sampah organik.

"Maggot itu kalau dikeringkan daya jualnya lebih mahal daripada maggot basah. Perkilonya Rp80 ribu yang kering, kalau basah Rp6 ribu. Kemudian bekas maggotnya bisa juga dibuat kasgot untuk pakan ternak," tutur Cicilia.

Setelah mendapatkan edukasi, lanjut Cicilia, masyarakat juga harus didampingi untuk memastikan bahwa mereka mampu mengelola sampah secara berkelanjutan.

"Kami tentu akan membantu. Nanti bisa bersinergi dengan dinas lingkungan hidup setempat untuk mendampingi masyarakat dalam mengelola sampah ini. Apa, sih, kendalanya, lalu bagaimana solusinya," ujar Cicilia.

Sedangkan mengenai pembentukan dan pemberdayaan kader, Cicilia mengatakan, hal tersebut sangat diperlukan sebab dalam lingkungan masyarakat tentu dibutuhkan orang-orang yang mampu menjadi pionir untuk menggerakkan orang-orang di sekitarnya.

Selain itu, menurut Cicilia, penting juga untuk melakukan berbagai kegiatan seperti lomba dan penghargaan untuk meningkatkan motivasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah.

"Jadi banyak lah caranya, kita enggak (boleh) kehilangan akal supaya masyarakat mau mengelola sampah. Mereka pasti suka diberikan penghargaan, lomba. Jadi harus didorong dengan seperti itu," kata Cicilia.

Baca juga: KLHK apreasiasi TSI kerja sama konservasi panda Indonesia-China

Baca juga: Komisi IV DPR RI dorong KLHK kawal penambahan alokasi DAK lingkungan

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022