"Insya Allah, tidak stunting kalau jarak antara kehamilan dan jarak antara persalinan ini benar-benar diatur," kata dia di Banjarmasin, Ahad.
Dijelaskan dia, kontrasepsi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan stunting sehingga sosialisasi ke seluruh lapisan masyarakat terkait manfaat program keluarga berencana (KB) terus dimasifkan.
Hasto menyebut perencanaan keluarga yang matang dengan menggunakan kontrasepsi, terutama KB usai persalinan salah satu yang didorong.
Baca juga: Pemkot Jaksel sosialisasi Kampung KB untuk masyarakat berkualitas
Baca juga: BKKBN-TNI perluas layanan KB di daerah tinggi kasus stunting
"Setiap individu juga berbeda kebutuhan kontrasepsinya, ada yang misalnya cocok steril atau jenis lainnya," kata dia.
Tak hanya bagi wanita, kata dia, kesadaran untuk menjadi akseptor KB juga didorong untuk laki-laki.
BKKBN pun berkolaborasi dengan TNI dan Dharma Pertiwi yang dikomando ketua umumnya Hetty Andika Perkasa untuk membangun kesadaran masyarakat bahwa penggunaan kontrasepsi suatu kebutuhan menjaga kesehatan reproduksi, meningkatkan kualitas keluarga, dan berkontribusi dalam menurunkan stunting.
"Kami terus mengupayakan generasi muda untuk mendapatkan informasi yang tepat tentang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi," ujar Hasto.
Sementara Kepala BKKBN Provinsi Kalimantan Selatan Ramlan menambahkan pada momen peringatan Hari Kontrasepsi Dunia tahun ini Kalsel menggelar pelayanan KB serentak yang diikuti 372 akseptor dengan rincian 270 akseptor implant, 30 akseptor IUD, 50 akseptor suntik KB, 20 akseptor MOW serta dua akseptor MOP.*
Baca juga: BKKBN NTT atasi stunting melalui upaya preventif keluarga
Baca juga: BKKBN: Banjarbaru optimalkan peran Kampung KB turunkan angka stunting
Pewarta: Firman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022