Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta meminta puskesmas, rumah sakit (RS) dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya untuk sementara waktu menghindari meresepkan obat sirup sebagai antisipasi potensi gangguan ginjal akut misterius yang saat ini meningkat.Kami sudah informasikan ke puskesmas dan RS mengenai imbauan ini meskipun baru melalui pesan di grup WA
“Kami sudah informasikan ke puskesmas dan RS mengenai imbauan ini meskipun baru melalui pesan di grup WA,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani di Yogyakarta, Rabu.
Selain imbauan ke fasilitas pelayanan kesehatan, Emma juga meminta agar masyarakat juga melakukan hal serupa yaitu menghindari pemberian atau penggunaan obat dalam bentuk cair sementara waktu.
Obat dalam bentuk cair atau sirup biasanya diberikan kepada balita dan anak-anak karena lebih mudah dikonsumsi.
“Jika anak demam maka langkah yang bisa dilakukan adalah memberikan kompres agar suhu tubuh turun. Usahakan tidak langsung memberi obat penurun panas atau obat-obatan antibiotik,” katanya.
Jika kondisi demam tidak segera turun maka Emma meminta masyarakat untuk segera mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit agar penanganan lebih tepat.
Baca juga: IDAI imbau tenaga kesehatan hentikan pemberian resep obat sirup
Baca juga: IDI minta orang tua konsultasi ke dokter soal obat penurun panas
Orang tua juga perlu memastikan kondisi urine anak. “Apakah terjadi penurunan jumlah urine atau tidak dan bagaimana warnanya,” katanya yang juga menunggu arahan teknis dari Kementerian Kesehatan untuk penanganan kasus tersebut.
Sedangkan untuk obat sisa, dianjurkan untuk segera dibuang secara aman. “Sebaiknya tidak mengonsumsi obat secara sembarangan,” katanya.
Selain itu, Emma juga meminta masyarakat untuk tetap menjaga pola hidup bersih dan sehat serta menerapkan protokol kesehatan karena di musim hujan seperti saat ini berpotensi terjadi peningkatan berbagai penyakit seperti ISPA dan lainnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit Pengelolaan Data Sistem Informasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Lana Unwanah mengatakan belum menerima laporan ada warga Kota Yogyakarta yang mengalami gangguan ginjal akut misterius atau gangguan ginjal akut progresif atipikal yang umumnya menyerang anak-anak dan balita.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan DIY mencatat jumlah kasus gangguan ginjal akut pada anak di daerah tersebut sejak Januari hingga Oktober sebanyak 13 kasus yang dialami anak usia tujuh bulan hingga 13 tahun.
Baca juga: Pemda DIY minta perguruan tinggi cari penyebab kasus gagal ginjal akut
Sebanyak lima anak meninggal dunia, dua sembuh, dan enam dalam perawatan.
Temuan 10 kasus gangguan ginjal akut tidak diketahui penyebabnya, dan tiga lainnya mengalami multisystem inflamantory syndrom (COVID-19).
Salah satu warga Kota Yogyakarta Nasic mengatakan kekhawatirannya dengan temuan kasus gangguan ginjal akut misterius tersebut dan akan lebih berhati-hati saat memberikan obat ke anak apabila sakit.
“Di musim hujan, penyakit batuk, pilek, dan demam pada anak sering terjadi dan biasanya diberi obat sirup. Kami akan lebih berhati-hati lagi, bisa diberi kompres dulu dan jika tidak sembuh akan segera dibawa ke rumah sakit,” katanya.
Baca juga: Pemda DIY minta fasyankes identifikasi kasus gagal ginjal akut
Baca juga: BPJS Kesehatan tanggung pasien gagal ginjal hingga transplantasi hati
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022