"Tidak perlu menjadi super, kita harus berkolaborasi bergandengan bersama-sama, minta pertolongan itu bukan menunjukkan bahwa kita lemah, bahwa kita orangtua yang gagal, tidak. Jadi jangan hadapi semua kesulitan ini sendiri," ujar Annelia saat berbincang di Jakarta, Kamis (20/10).
Baca juga: Psikiater: Refleksi diri kunci menjaga kesehatan mental
Lebih lanjut, Annelia mengatakan seorang ibu lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental lantaran menjalani multiperan yakni sebagai istri, ibu dan juga pekerja kantor pada waktu yang bersamaan.
Ketika ibu sudah tidak mampu lagi mengurus semua pekerjaan khususnya dalam menjaga anak, tidak ada salahnya untuk meminta pertolongan pada orang-orang terdekat seperti kakek-nenek, saudara atau tetangga.
"Saya cukup yakin yang bisa membantu di lingkungan terdekat kita itu sangat banyak, jangan gengsi, jangan merasa gagal kalau minta bantuan," kata Annelia.
Hal ini juga berlaku untuk meminta bantuan profesional apabila orangtua sudah menunjukkan gejala-gejala masalah kesehatan mental seperti menarik diri dari lingkungan, merasa tidak berguna sebagai manusia, cemas berlebihan hingga tidak bisa menjalani keseharian dengan normal.
Menurut Annelia, orangtua bisa berbicara kepada orang-orang terdekat terlebih dahulu apabila kesulitan mencari akses tenaga profesional.
"Kalau sulit untuk mencari akses kepada tenaga profesional gunakan akses-akses yang terdekat dulu, hubungan-hubungan sosial yang terdekat dulu, pasangan, keluarga, teman, tetangga," katanya.
"Cari bantuan adalah nomor satu, kita harus mencari bantuan, jangan hadapi semua ini sendirian," lanjut Annelia.
Baca juga: Memberi dukungan adalah pertolongan pertama bagi penderita depresi
Baca juga: Periksa kesehatan mental gratis di "Indonesia Mental Health Movement"
Baca juga: Zaman serba digital, jangan lupakan interaksi sosial secara langsung
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022