Mensos saat ditemui di Sentra Terpadu Inten Suweno, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat, menyerukan agar masyarakat dapat memahami bahwa penyandang disabilitas adalah kehendak Tuhan. Mereka punya kelebihan dan kekurangan.
"Kita harus perangi diskriminatif," ujarnya.
Dia mengatakan penyandang disabilitas akan dapat mandiri jika diberikan bekal, termasuk keahlian untuk berjualan, menghasilkan karya, bahkan menciptakan inovasi alat yang dapat mendukung mobilitas penyandang disabilitas fisik.
Namun, kata dia, masih ada pandangan diskriminatif yang menganggap penyandang disabilitas tidak bisa melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
Baca juga: Kemensos daftarkan paten untuk alat inovasi penyandang disabilitas
Baca juga: Kemensos gunakan pendekatan teknologi bangun kemandirian disabilitas
Ia menjelaskan bahwa salah satu gol dari Strategi Incheon sendiri adalah nondiskriminatif kepada penyandang disabilitas.
"Mohon maaf, saya menemukan masih ada orang tua yang menyembunyikan anak-anaknya yang difabel. Bahkan mohon maaf, di beberapa tempat ada saudara-saudara kita yang mental 'health' (gangguan kesehatan mental) itu dipasung," ujar dia.
Di Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Kementerian Sosial menyatakan telah melepaskan 4.000 lebih penyandang disabilitas psikososial dari pemasungan pada tahun 2021.
Tahun ini, paparnya, Kementerian Sosial mulai berkampanye agar kaum penyandang disabilitas tidak ada diskriminasi. Pada salah satu kasus yang pernah ditemui Mensos Risma, seorang siswi yang menurutnya cukup pandai mengaku tidak ingin bersekolah karena takut dengan perundungan.
"Nah kita semua harus mengajarkan kepada siapa saja bahwa disabilitas adalah kehendak Tuhan, pasti ada kelebihan dan kekurangan, termasuk kita, termasuk saya," ujar dia.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022