• Beranda
  • Berita
  • Harga minyak Asia naik, dipicu perkiraan pasokan jelang sanksi Rusia

Harga minyak Asia naik, dipicu perkiraan pasokan jelang sanksi Rusia

24 Oktober 2022 09:01 WIB
Harga minyak Asia naik, dipicu perkiraan pasokan jelang sanksi Rusia
Ilustrasi - Pompa minyak terlihat saat matahari terbenam di ladang minyak Daqing di provinsi Heilongjiang, Cina 22 Agustus 2019. Gambar diambil 22 Agustus 2019. ANTARA/REUTERS/Stringer/pri.

Komentar Biden bahwa AS hanya akan membeli minyak mentah setelah harga mencapai 70 dolar AS per barel memberikan level support yang kuat

Harga minyak mentah berjangka naik di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, karena ekspektasi pasokan yang lebih ketat secara global menjelang sanksi Uni Eropa terhadap minyak Rusia mendukung harga.

Harga minyak mentah berjangka Brent terangkat 54 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 94,04 dolar AS per barel pada pukul 01.25 GMT.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 51 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 85,56 dolar AS per barel,

Brent membukukan kenaikan 2,0 persen minggu lalu karena dolar yang lebih lemah dan harapan pelonggaran pembatasan COVID-19 di China yang akan memungkinkan permintaan di konsumen minyak nomor dua dunia itu akan pulih.

Gangguan pasokan minyak global diperkirakan terjadi ketika larangan Uni Eropa atas impor Rusia mulai berlaku pada 5 Desember. Kelompok ini juga berencana untuk memblokir impor produk minyak Rusia pada Februari.

Sentimen sedang dibangun di dalam Federal Reserve (Fed) untuk kemungkinan mengurangi kecepatan atau ukuran kenaikan suku bunga di masa depan bahkan saat bersiap untuk menaikkan suku pada awal November.

Baca juga: Harga minyak naik, ditopang China mungkin perlonggar karantina COVID

Perlambatan kenaikan suku bunga Fed dapat mengurangi kekuatan dolar AS yang telah membebani harga-harga komoditas. Dolar yang lebih lemah membuat komoditas berdenominasi dolar seperti minyak lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

Pada Minggu (23/10/2022), Xi Jinping dari China mengamankan masa jabatan kepemimpinan ketiga yang belum pernah dilakukan sebelumnya, memperkuat posisinya sebagai penguasa paling kuat di negara itu sejak Mao Zedong.

Namun, analis tidak memperkirakan perubahan signifikan dalam arah kebijakan, termasuk strategi nol-COVID Xi.

Minyak Brent naik minggu lalu meskipun Presiden AS Joe Biden mengumumkan penjualan sisa 15 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS. Penjualan tersebut merupakan bagian dari rekor pelepasan 180 juta barel yang dimulai pada Mei. Biden menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk mengisi kembali stok ketika minyak mentah AS berada di sekitar 70 dolar AS per barel.

"Pasar lebih tertarik pada pedoman untuk mengisi ulang cadangan," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

"Komentar Biden bahwa AS hanya akan membeli minyak mentah setelah harga mencapai 70 dolar AS per barel memberikan level support yang kuat."

Pekan lalu perusahaan-perusahaan energi AS menambahkan rig minyak dan gas alam untuk minggu kedua berturut-turut karena harga minyak yang relatif tinggi mendorong perusahaan untuk mengebor lebih banyak, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam sebuah laporan pada Jumat (21/10/2022).

Baca juga: Biden katakan AS siap lepas lebih banyak cadangan minyak
Baca juga: Harga minyak Asia naik tipis, saat dolar melemah & kekhawatiran resesi


 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022