"Target pencapaian 17 goals di SDGs harus kita wujudkan dalam konteks untuk melestarikan lingkungan dan peradaban manusia," kata Winarni dalam webinar "Pengelolaan Sampah Plastik dalam Upaya Pengendalian Perubahan Iklim" yang diikuti daring dari Jakarta, Selasa.
Menurut Winarni, pelestarian lingkungan sangat penting sebab kualitas lingkungan yang terus memburuk akan menyebabkan berbagai persoalan termasuk perubahan iklim yang merupakan ancaman terbesar bagi kehidupan manusia.
"Hampir semua negara di dunia tidak ada yang menafikan bahwa perubahan iklim adalah ancaman terbesar peradaban kehidupan umat manusia. Secara teori, apabila suhu bumi naik di atas dua derajat celsius akibat gas rumah kaca, maka kehidupan dan peradaban manusia akan musnah," ujar Winarni.
Baca juga: Kemendikbud: Kebudayaan jadi solusi kendala pembangunan berkelanjutan
Baca juga: MC4 bahas percepatan implementasi Rencana Aksi Asia-Pasifik tahap ke-2
"Saat ini saja, persoalan gelombang panas, pandemi, gagal panen, bencana, hancurnya ekosistem laut, serta kenaikan muka air yang mulai menenggelamkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sudah kita rasakan. Padahal belum mencapai kenaikan dua derajat celsius," imbuhnya.
Ia menambahkan, perubahan iklim dan pemanasan global akibat buruknya kualitas lingkungan juga bisa memunculkan pandemi-pandemi baru di masa depan.
"Apabila kita baca teori-teori perubahan iklim, pandemi-pandemi akan terjadi terus menerus akibat perubahan iklim dan pemanasan global yang membuat es mencair di kutub. Semua bakteri-bakteri dan virus-virus dari zaman purba (yang terjebak di lapisan es) pun akan aktif dan muncul kembali sehingga menyebabkan pandemi-pandemi baru di muka bumi," katanya.
Oleh karena itu, Winarni mengatakan penting untuk melakukan berbagai upaya untuk penanganan perubahan iklim melalui pelestarian lingkungan, sesuai dengan salah satu dari tujuan SDGs 2030.
Ia menuturkan bahwa Indonesia memiliki target untuk mengurangi lebih 70 persen sampah plastik di laut dan 100 persen pengelolaan sampah secara baik dan benar pada tahun 2025.
"Visi yang lebih jauh adalah menurunkan emisi gas rumah kaca. Indonesia memiliki target dan komitmen baru, yaitu dari 29 persen menjadi 31,89 persen dan dari 41 persen menjadi 43,5 persen dengan dukungan pihak lain di tahun 2030," ujar Winarni.
"Untuk sektor sampah dan limbah, target dan komitmennya ditingkatkan dari kurang lebih 11 juta ton CO2 ekuivalen menjadi kurang lebih 40 juta ton CO2 ekuivalen di tahun 2030 atau hampir empat kali lipat," katanya.
Guna mewujudkan target tersebut, Winarni mengatakan pemerintah mendorong berbagai pendekatan dari hulu ke hilir mulai di antaranya mekanisme extended producer responsibility (EPR), partisipasi publik, serta peningkatan kapasitas pemerintah daerah dengan intervensi teknologi.*
Baca juga: BRIN dukung aplikasi keantariksaan capai pembangunan berkelanjutan
Baca juga: BRIN: MC4 perkuat pemanfaatan keantariksaan untuk capai SDGs
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022