Kegiatan menanam pohon menjadi cara sederhana untuk menyerap emisi karbon dan mengurangi efek pemanasan global yang dapat menimbulkan berbagai masalah iklim, kata Guru Besar Kehutanan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Sudarsono Soedomo.kalau kita bisa mengurangi emisi karbon lebih bagus
Ia mengatakan proses fotosintesis yang terjadi pada pohon dilakukan dengan mengambil karbon dioksida dan air, kemudian atas bantuan sinar matahari menjadikannya gula sambil melepaskan oksigen dan air.
"Gula itu yang akan diproses lebih lanjut menjadi biomassa dengan kata lain kalau kita menanam pohon dari kecil sampai tumbuh besar, itu menyerap karbon dioksida dan mengurangi konsentrasi emisi di udara," ujarnya di Jakarta, Selasa.
Efek rumah kaca yang berlebihan akibat karbon dioksida menyebabkan pemanasan global. Emisi itu harus ditangkap kembali, salah satunya melalui kegiatan penanaman pohon yang dilakukan secara masif di banyak tempat.
Baca juga: Industri hulu migas tanam 5.530 bibit pohon di Kebun Raya Sriwijaya
Baca juga: BRI akselerasi implementasi ESG lewat tanam pohon oleh nasabah
Sudarsono menuturkan panas matahari yang terjebak di bumi karena terhalang emisi itulah yang menyebabkan suhu bumi kian panas.
"Kalau kita bisa mengurangi emisi karbon lebih bagus, kalau kita bisa menyerap karbon di udara tetap lebih bagus, entah berhubungan dengan perubahan iklim atau tidak, paling tidak suhu bumi tidak semakin panas," terangnya.
Dalam dokumen penurunan emisi atau Nationally Determined Contribution (NDC), kegiatan pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan atau FOLU menjadi satu dari lima sektor program mitigasi krisis iklim.
Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 mendorong kinerja sektor kehutanan menuju target pembangunan yang sama, yaitu tercapainya tingkat emisi gas rumah kaca sebesar 140 juta ton karbon dioksida pada tahun 2030.
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mencapai target itu, di antaranya restorasi gambut seluas 2 juta hektare, restorasi dan rehabilitasi hutan, mendorong pengelolaan hutan lestari melalui perizinan berusaha, hingga optimalisasi lahan tidak produktif.
Baca juga: Pemkab Magelang: Menanam pohon kebutuhan mendesak untuk dipenuhi
Sudarsono menuturkan panas matahari yang terjebak di bumi karena terhalang emisi itulah yang menyebabkan suhu bumi kian panas.
"Kalau kita bisa mengurangi emisi karbon lebih bagus, kalau kita bisa menyerap karbon di udara tetap lebih bagus, entah berhubungan dengan perubahan iklim atau tidak, paling tidak suhu bumi tidak semakin panas," terangnya.
Dalam dokumen penurunan emisi atau Nationally Determined Contribution (NDC), kegiatan pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan atau FOLU menjadi satu dari lima sektor program mitigasi krisis iklim.
Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 mendorong kinerja sektor kehutanan menuju target pembangunan yang sama, yaitu tercapainya tingkat emisi gas rumah kaca sebesar 140 juta ton karbon dioksida pada tahun 2030.
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mencapai target itu, di antaranya restorasi gambut seluas 2 juta hektare, restorasi dan rehabilitasi hutan, mendorong pengelolaan hutan lestari melalui perizinan berusaha, hingga optimalisasi lahan tidak produktif.
Baca juga: Pemkab Magelang: Menanam pohon kebutuhan mendesak untuk dipenuhi
Baca juga: LP3L Kabupaten OKU lakukan gerakan menjaga lingkungan
Sudarsono mengungkapkan gerakan penanaman pohon yang terjadi dari dulu sampai sekarang cenderung hanya sekedar kegiatan seremonial, sehingga bibit pohon yang ditanam tak jarang banyak yang mati akibat kalah bersaing dengan rumput liar.
Menurutnya, pemerintah perlu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menanam pohon di tanah milik. Kegiatan penanaman pohon secara mandiri sudah banyak dilakukan oleh rakyat di Pulau Jawa.
Bahkan, mereka sudah berkali-kali melakukan aktivitas penanaman dan pemanfaatan hutan karena hasilnya menguntungkan.
"Beri kesempatan kepada rakyat dan fasilitasi mereka, kalau harganya (hasil hutan) bagus rakyat pasti menanam," kata Sudarsono.
Baca juga: Jejak Bumi Indonesia OKU jalankan program rehabilitasi hutan dan DAS
Sudarsono mengungkapkan gerakan penanaman pohon yang terjadi dari dulu sampai sekarang cenderung hanya sekedar kegiatan seremonial, sehingga bibit pohon yang ditanam tak jarang banyak yang mati akibat kalah bersaing dengan rumput liar.
Menurutnya, pemerintah perlu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menanam pohon di tanah milik. Kegiatan penanaman pohon secara mandiri sudah banyak dilakukan oleh rakyat di Pulau Jawa.
Bahkan, mereka sudah berkali-kali melakukan aktivitas penanaman dan pemanfaatan hutan karena hasilnya menguntungkan.
"Beri kesempatan kepada rakyat dan fasilitasi mereka, kalau harganya (hasil hutan) bagus rakyat pasti menanam," kata Sudarsono.
Baca juga: Jejak Bumi Indonesia OKU jalankan program rehabilitasi hutan dan DAS
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022