• Beranda
  • Berita
  • Dokter ingatkan waspadai sindrom pascapolio setelah infeksi pertama

Dokter ingatkan waspadai sindrom pascapolio setelah infeksi pertama

24 November 2022 20:16 WIB
Dokter ingatkan waspadai sindrom pascapolio setelah infeksi pertama
Ilustrasi - Balita mendapat imunisasi vaksin polio tetes (Oral Poliomyelitis Vaccine) yang diberikan petugas kesehatan Puskesmas Ulee Kareng di Banda Aceh, Aceh, Senin (21/11/2022). ANTARA FOTO / Irwansyah Putra

penemuan dini paling tidak sangat bermanfaat untuk mengurangi kecacatan lebih lanjut

Dokter spesialis anak dr. Asri Pandijaningsih Sp.A mengingatkan untuk mewaspadai adanya sindrom pascapolio yang dapat terjadi sekitar lima tahun sampai 40 tahun kemudian setelah infeksi yang pertama.
 
"Apa yang terjadi adalah gangguan menelan. Jadi orang-orang tua susah sekali untuk menelan, kemudian gangguan pernafasan kesulitan tidur, gejalanya memang bervariasi," ucapnya dalam diskusi mengenai melindungi anak dari polio yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
 
Ia mengatakan untuk menghindari adanya sindrom pascapolio pada saat anak dewasa, orangtua perlu mewaspadai jika anak mengalami muntah, sakit kepala, dan terutama jika terdapat kelemahan pada otot-otot tungkai untuk segera ke dokter.
 
"Atau ditemukannya keadaan lumpuh layu, kelemahan pada tungkai pada anak kurang dari usia 15 tahun maka segera ke dokter karena penemuan dini paling tidak sangat bermanfaat untuk mengurangi kecacatan lebih lanjut," ucapnya.

Baca juga: Cegah polio, IDAI ingatkan pentingnya tingkatkan cakupan imunisasi
 
Dokter dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Ciputat ini mengatakan pada orang yang terinfeksi polio kebanyakan tidak merasakan gejala, namun virus sudah menyebar di tubuhnya dan akan berbahaya jika keluar lewat BAB orang yang positif polio.
 
Namun ada beberapa gejala yang bisa diamati seperti pada polio non paralisis, gejala yang timbul antara lain demam, nyeri saat menelan, kaku daerah leher, dan sakit kepala. Namun gejala itu akan sembuh dengan sendirinya dan tidak menyebabkan kelumpuhan.
 
Sedangkan pada polio paralisis yaitu yang menyebabkan kelumpuhan, biasanya diawali dengan gejala yang sama dengan non-paralisis namun sekitar satu minggu kemudian berkembang menjadi kelemahan otot yang makin kuat dan tidak adanya refleks otot.
 
"Yang kita takutkan selain kelemahan otot tungkai, sebagian kecil juga ada kelemahan otot diafragma, otot yang mengatur kita bernafas," ucap Asri.

Baca juga: IDAI: Efek samping vaksin lebih ringan dibandingkan terpapar penyakit
Baca juga: Dokter: Waspadai polio mengingat gejala yang muncul kerap tak disadari
 
Ia mengatakan polio bisa menyerang siapa saja, namun yang paling rentan adalah golongan balita. Maka imunisasi saat balita penting untuk upaya pencegahan yang utama.
 
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ia mengatakan bayi baru lahir akan diberikan polio tetes dan dilanjutkan dengan imunisasi pada usia dua bulan, tiga bulan, empat bulan dan saat anak berusia satu setengah tahun.
 
"Maka paling tidak saat sebelum usia satu tahun seorang anak itu sudah mendapatkan imunisasi polio secara suntik paling tidak sudah dua kali, namun kalau enggak bisa minimal tiga atau empat kali minimal satu kali suntikan," ucap Asri.
 
Selain melengkapi imunisasi polio anak, pencegahan lainnya adalah perilaku hidup sehat, BAB di jamban, dan selalu mencuci tangan dengan sabun.

Baca juga: IDAI: Jangan anggap sepele polio meski mayoritas tak bergejala

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022