"Selain jenis dan ketersediaannya yang banyak, komponen-komponen utama dari umbi-umbian ini adalah sebagai sumber karbohidrat. Sehingga umbi-umbian ini bisa jadi alternatif pengganti beras yang selama ini kita gunakan sebagai makanan pokok sehari-hari," kata peneliti Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN Yuniar Khasanah dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Yuniar mengatakan dengan tingginya konsumerisme masyarakat Indonesia, maka diversifikasi pangan berbahan ubi kayu bisa mengurangi konsumsi beras dan terigu serta membatasi impor.
Ubi kayu juga memiliki beberapa keunggulan dari segi komposisi gizi dan proses budidaya yang tidak terlalu susah jika dibandingkan dengan beras.
Menurut dia, saat ini beras masih menjadi sumber karbohidrat utama bagi masyarakat Indonesia. Namun, lahan pertanian semakin menyempit. Hal itu bisa menimbulkan krisis pangan apabila masih bergantung pada beras sebagai sumber makanan utama.
Untuk mengantisipasi itu, masyarakat Indonesia diharapkan untuk mengurangi konsumsi beras dan beralih ke sumber karbohidrat lain seperti ketela pohon, ketela rambat, dan umbi-umbian lainnya. Umbi-umbian dapat menjadi salah satu alternatif bahan makanan pokok.
Yuniar dan timnya melakukan riset terhadap umbi-umbian dalam pengembangan pangan fungsional untuk menciptakan produk makanan yang enak untuk dimakan dan aman bagi kesehatan terutama bagi pengidap diabetes.
Salah satu hasil inovasi BRIN dari umbi adalah mocaf, yang merupakan tepung gluten-free yang terbuat dari ubi kayu sehingga bisa dikonsumsi oleh pengidap diabetes. Yuniar mengatakan mocaf sudah mulai dijadikan sebagai produk unggulan oleh beberapa industri makanan.
"Saat kita melakukan diversifikasi dari ubi kayu, kita juga melihat potensi dari produk olahan dari ubi kayu apakah punya manfaat terhadap kesehatan atau tidak. Yang selama ini kami kembangkan adalah melihat potensi dari ubi kayu, umbi-umbian lain dan produknya terhadap potensi anti-diabetes," tuturnya.
Baca juga: BRIN dan universitas di Rusia jalin kerja sama pengembangan SDM nuklir
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022