"Pintu gerbangnya orang mau berkeluarga adalah penyuluh agama. Mereka yang datang mau nikah itu tidak datang ke penyuluh KB, tetapi pasti ke penyuluh agama dan ke KUA," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat acara "Sosialisasi Dan Pembekalan Bagi Para Penyuluh Agama dalam Percepatan Penurunan Stunting di Daerah Istimewa Yogyakarta" di Yogyakarta, Rabu.
Untuk ikut menekan stunting atau gagal tumbuh kembang anak akibat gizi kronis, menurut dia, penyuluh agama tidak harus ahli dalam pengetahuan kedokteran.
BKKBN, kata Hasto, telah menyusun materi-materi penyuluhan dalam bentuk audio visual yang bisa disimak dan diunduh para penyuluh agama di channel Youtube BKKBN Official
"Cukup baca sedikit saja kemudian mereka yang menggerakkan (calon pasangan pengantin) mau mendengarkan, mau mengakses itu," katanya.
Baca juga: BKKBN: Ratusan keluarga berisiko stunting ikut terdampak gempa Cianjur
Ia mengingatkan di Indonesia setiap tahun terdapat 4,8 juta kehamilan dan 1,2 juta di antaranya lahir dan tumbuh dalam keadaan stunting.
"Jadi di negara kita banyak yang hamil, banyak melahirkan, dan banyak yang stunting. Akibatnya human capital index negara kita berada pada urutan 130 dari seluruh negara di dunia. Ini perlu dikoreksi," kata Hasto.
Kegiatan pembekalan oleh Kepala BKKBN Hasto Wardoyo itu diikuti sebanyak 250 penyuluh agama, tokoh agama, dan petugas Kantor Urusan Agama (KUA) di DIY.
Kepala Perwakilan BKKBN DIY Shodiqin mengatakan fokus utama upaya penurunan angka stunting yang dilakukan BKKBN adalah pada pencegahan stunting dengan sasaran program remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur.
Baca juga: Dashat dan Dapur Balita Sehat diintegrasikan untuk cegah stunting
Para calon pengantin, ujar dia, perlu dikondisikan agar dapat mempersiapkan perkawinan, merencanakan dan merawat kehamilan, serta mengasuh anak agar bebas dari stunting.
"Berkaitan hal tersebut, maka peran para penyuluh agama sangatlah menentukan dalam menyebarluaskan pentingnya pencegahan stunting kepada kelompok sasaran," kata Shodiqin.
Kabid Penerangan Agama Islam Kanwil Kemenag DIY Sigit Waskita mengatakan kantor wilayah sampai kantor KUA mendukung penuh upaya penurunan stunting dengan memastikan bahwa calon pengantin yang akan mendaftarkan perkawinan harus sudah mengunduh dan mengisi aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil).
Pada September 2022, kata dia, calon pengantin yang menggunakan Elsimil tercatat hanya sekitar 5.000 pasangan.
Baca juga: Sleman targetkan tiga persen prevalensi stunting
"Namun, setelah kami turun melakukan monev dan mengumpulkan seluruh kepala KUA, sampai akhir November ini sudah lebih dari 13.000 calon pengantin yang men-download Elsimil," kata dia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022