• Beranda
  • Berita
  • Drainase kota berpopulasi besar pantura Jawa tak cukup hadapi banjir

Drainase kota berpopulasi besar pantura Jawa tak cukup hadapi banjir

4 Januari 2023 16:34 WIB
Drainase kota berpopulasi besar pantura Jawa tak cukup hadapi banjir
Sejumlah kendaraan menerobos genangan akibat banjir rob yang memacetkan lalu lintas di Jalan Kaligawe, Genuk, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (15/5). Kemacetan lalu lintas terjadi di sejumlah titik jalur pantai utara (Pantura) Semarang tersebut akibat genangan rob yang dipicu sistem drainase yang buruk. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nz/16.

Populasi ini memberikan tekanan pada ekosistem yang mungkin sistem drainasenya tidak mampu menghadapi curah hujan tinggi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan drainase pada kota-kota berpopulasi besar serta kawasan pantai utara (pantura) di Pulau Jawa, tidak cukup untuk menghadapi banjir yang disebabkan curah hujan dan gelombang tinggi.

 

“Populasi ini memberikan tekanan pada ekosistem yang mungkin sistem drainasenya tidak mampu menghadapi curah hujan tinggi,” kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam “Disaster Briefing” yang diikuti daring di Jakarta, Rabu.


Ia mengatakan kota besar yang dimaksud di antaranya pesisir Jabodetabek, Semarang (Jateng) dan Surabaya (Jatim).

BNPB mengharapkan seiring dengan dilakukannya teknologi modifikasi cuaca (TMC) guna mengurangi dampak cuaca ekstrem dan potensi hujan berintensitas lebat, pemerintah daerah dapat membenahi drainase primer dan sekunder.
 

TMC yang dilakukan pada masa Natal dan Tahun Baru 2023, menurut Abdul Muhari, setidaknya telah mengurangi potensi hujan dan perkiraan bencana hidrometeorologi basah yang sebelumnya telah diprediksi.

 

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Dikki Rulli Perkasa mengatakan curah hujan tinggi pada akhir tahun 2022 menimbulkan tantangan baru.

 

“Tantangan kami curah hujan tinggi, ada keterbatasan kemampuan drainase primer, termasuk sisi utara Jawa, pada saat yang sama terjadi gelombang pasang, atau permukaan air laut tinggi,” katanya.

 

Hal itu, kata dia, menyebabkan fenomena banjir, termasuk di lintasan rel kereta api. Seolah-olah membuat kereta api berjalan di atas laut.

 

Air yang menggenang, katanya, tidak bisa bergerak ke arah laut dan menjadi genangan yang lama surutnya. Suasana yang hampir sama juga dialami Jawa Tengah pada Februari 2021.

 

Ia mengatakan BPBD Jateng telah mengantisipasi potensi curah hujan tinggi dan gelombang tinggi pada 31 Desember 2022- 8 Januari 2023 melalui informasi yang diberikan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

 

Kebijakan TMC yang dilakukan BNPB, kata dia, cukup berhasil menekan potensi curah hujan tinggi, sehingga pada sore hari yang biasanya berpotensi hujan, kini hanya terbentuk awan mendung.

 

Ia mengatakan saat ini kondisi genangan di pantura Jateng mulai terkendali dan surut. Beberapa wilayah tergenang yang mengganggu mobilitas masyarakat di antaranya Kecamatan Genuk, Semarang hingga Kabupaten Demak dan Kabupaten Kudus, serta Kabupaten Pati.

 

Pompa air yang dioperasionalkan Dinas Sumber Daya Air masih terus berfungsi, dan Kementerian PUPR telah memastikan sistem drainase bekerja efektif.

 

Kerugian akibat banjir mencakup 15 Kabupaten/Kota di Jateng. Pengungsi yang mulai meninggalkan lokasi pengungsian ada di Kabupaten Pekalongan, Kudus, Demak dan Batang.

 

“Ke depan ini akan menjadi PR kita bagaimana bencana rob bisa kita kendalikan dan potensi bencana lain secara otomatis bisa kita atasi,” demikian Dikki Rulli.

Baca juga: Menteri: pembenahan drainase jalur pantura jadi prioritas

Baca juga: BNPB sebut ekosistem mangrove pantura Jawa tak cukup kuat tangkal rob

Baca juga: BNPB: Hampir seluruh Pantura terdampak banjir rob dan gelombang pasang

Baca juga: Pemerintah kawal proyek pengaman pesisir Pantura Jawa Rp54,9 triliun

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023