Dokter: Campak lebih menular dari COVID-19

27 Januari 2023 16:04 WIB
Dokter: Campak lebih menular dari COVID-19
Ilustrasi virus yang menular melalui droplet (Pixabay)

bayangkan campak ini enam hingga tujuh kali lebih menular dibandingkan COVID-19

Pakar kesehatan Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari, Sp. A, Subsp. I.P.T., M.TropPaed mengatakan penyakit campak lebih menular dari COVID-19 dengan daya tular pada 12 hingga 13 orang di sekitar pasien.

"SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 saja menularkan paling banyak dua sampai tiga dari setiap penderita. Jadi bayangkan campak ini enam hingga tujuh kali lebih menular dibandingkan COVID-19, sangat mudah menular, sangat mudah menimbulkan kejadian luar biasa," kata Prof Hinky kepada awak media melalui daring, Jumat.

Menurut Prof Hinky yang mengambil spesialisasi ilmu kesehatan anak subspesialis kesehatan anak infeksi dan penyakit tropis dan berpraktik di RS Pondok Indah - Pondok Indah itu, virus campak, khususnya pada anak bertahan selama empat hari sebelum memunculkan gejala dan empat hari setelah gejala.

Baca juga: Dokter: KLB Campak karena penurunan imunisasi dasar lengkap bayi

Virus penyebab yang biasanya dari famili Paramyxovirus ini ditularkan melalui batuk, bersin, ludah, air mata atau kontak langsung orang yang terinfeksi. Virus dapat melayang di udara khususnya pada ruangan dengan sirkulasi udara tertutup sampai dua jam.

"Tentunya kalau sirkulasinya terbuka semisal di lapangan, ruangan dengan jendela dan pintu terbuka, melayang-layang tetapi tidak sampai dua jam dan mungkin kepadatan virusnya lebih rendah," kata Prof Hinky yang tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu.

Daya tular virus pada kawasan terbuka atau ruang dengan sirkulasi udara terbuka masih dapat terjadi, tetapi dikatakan lebih ringan sehingga tidak sampai menularkan ke 12 atau 13 orang.

"Tetapi tetap menularkan. Jadi, ruangan kita harus memiliki ventilasi yang baik, udara bersih masuk harus leluasa dan udara yang mengandung virus dialirkan keluar," catat Prof Hinky.

Baca juga: Menkes akui kenaikan kasus campak dampak fokus penanganan COVID-19

Lama penularan atau fase infeksius biasanya selama sepekan, tetapi sebelum tampak gejala sebenarnya sudah menularkan. Pasien umumnya sembuh setelah satu minggu sejak demam, kemudian bercak-bercak merah yang muncul berubah warna menjadi cokelat atau gelap dan agak bersisik dan mengelupas. Ini tanda pasien sudah sembuh dan tidak menularkan lagi.

"Setelah demam mulai turun, kalau komplikasi tidak terjadi atau dapat ditangani begitu bercak merah jadi cokelat itu tanda sudah fase tidak menularkan. Biasanya nafsu makan kembali pulih, anak aktif kembali. Jadi, kira-kira seminggu sakitnya," kata Prof Hinky.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan sebanyak lebih dari 3.200 kasus campak di 223 kabupaten/kota pada tahun 2022 atau melonjak dibandingkan sebelumnya yakni pada kisaran 100 - 200 kasus per tahun.

Baca juga: Warga DKI diminta segera imunisasi campak untuk tekan kasus

Baca juga: Dinkes DKI sisir imunisasi campak di kawasan padat penduduk

Baca juga: Dinkes Jatim: Madura jadi daerah dengan kasus campak tertinggi



 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023