• Beranda
  • Berita
  • Rupiah menguat setelah rilis data inflasi AS yang lebih rendah

Rupiah menguat setelah rilis data inflasi AS yang lebih rendah

13 April 2023 09:49 WIB
Rupiah menguat setelah rilis data inflasi AS yang lebih rendah
Ilustrasi - Petugas menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah di salah satu kantor cabang PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Jakarta, Selasa (31/1/2023). ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom/pri.

Rilis data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan mengindikasikan melemahnya permintaan domestik AS akibat kebijakan suku bunga yang hawkish dari The Fed

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Kamis menguat setelah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan.

Kurs rupiah pada Kamis pagi dibuka naik 74 poin atau 0,50 persen ke posisi Rp14.806 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.880 per dolar AS.

"Rilis data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan mengindikasikan melemahnya permintaan domestik AS akibat kebijakan suku bunga yang hawkish dari The Fed," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Rully mengatakan dengan melihat fenomena ekonomi AS saat ini maka ke depan Bank Sentral AS atau The Fed diperkirakan akan merencanakan jadwal penurunan suku bunganya secara bertahap.

Indeks harga konsumen (IHK) AS untuk Maret mencatat kenaikan 0,1 persen bulan ke bulan, lebih rendah dari perkiraan konsensus pasar sebesar 0,3 persen dan ekspansi 0,4 persen pada bulan sebelumnya, menurut data yang dikeluarkan pada Rabu (12/4) pagi.

Dalam 12 bulan hingga Maret, IHK meningkat 5,0 persen, kenaikan tahun-ke-tahun terkecil sejak Mei 2021. IHK naik 6,0 persen secara tahun-ke-tahun pada Februari.

Sedangkan dari faktor internal, data-data ekonomi masih kuat diantaranya Purchasing Managers’ Index (PMI), inflasi, dan cadangan devisa.

Hasil survei yang dirilis S&P Global menunjukkan capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Maret 2023 berada di posisi 51,9, naik dibanding bulan sebelumnya yang menempati level 51,2.

Capaian tersebut kembali mampu melewati PMI pusat manufaktur terbesar dunia yaitu, China (50,0) dan kembali lebih tinggi dari PMI ASEAN (51,0), Malaysia (48,8), Vietnam (47,7), Taiwan (48,6), Jepang (49,2), Korea Selatan (47,6), Inggris (48,0), Amerika Serikat (49,3), dan Jerman (44,4).

Sementara inflasi tahunan (year-on-year/yoy) Maret 2023 mencapai 4,97 persen karena terdapat peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 108,95 pada Maret 2022 menjadi 114,36.

Jika dilihat dari tren, inflasi tahunan pada Maret 2023 menurun dari level 5,28 persen (yoy) pada Januari 2023 dan 5,47 persen (yoy) pada Februari 2023.

Cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2023 mencapai 145,2 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Februari 2023 sebesar 140,3 miliar dolar AS.

Peningkatan posisi cadangan devisa pada Maret 2023 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.

Rully memproyeksikan rupiah bergerak pada kisaran Rp14.890 per dolar AS sampai dengan Rp14.950 per dolar AS.

Pada Rabu (12/4) rupiah ditutup meningkat enam poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.880 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.886 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah menguat ditopang meningkatnya PMI manufaktur Indonesia

Baca juga: Rupiah menguat di tengah ekspektasi rilis data AS yang lebih rendah

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023