• Beranda
  • Berita
  • Cabang-cabang olahraga tak biasa di SEA Games 2023

Cabang-cabang olahraga tak biasa di SEA Games 2023

4 Mei 2023 22:59 WIB
Cabang-cabang olahraga tak biasa di SEA Games 2023
Atlet Kun Bokator putra Indonesia Gema Nur Arifin bertanding pada nomor seni perisai bambu perorangan SEA Games 2023 di Chrouy Changvar Convention Center, Phnom Penh, Kamboja, Kamis (4/5/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)
Atlet-atlet Asia Tenggara akan beradu keahlian demi apresiasi tertinggi pada 36 cabang olahraga yang akan dipertandingkan pada SEA Games 2023 di Kamboja dari 5-17 Mei nanti.

Dari sekian banyak olahraga yang awam, terdapat sejumlah nama yang mungkin terdengar asing di telinga masyarakat.

Karena seperti yang sudah-sudah, negara yang menjadi tuan rumah SEA Games mendapat hak istimewa untuk memasukkan cabang-cabang olahraga yang dianggap menguntungkan mereka, sehingga memungkinkan cabang olahraga setempat atau pun disiplin baru dipertandingkan pada pesta olahraga dua tahunan itu.

Berikut sejumlah cabang olahraga yang tidak biasa di SEA Games:
 
Ilustrasi pertandingan cabang olahraga arnis (AFP/PAL PILLAI)

Arnis

Dilansir AFP, seni beladiri menggunakan tongkat asal Filipina itu kembali dipertandingkan pada 2023, setelah sempat tampil pada 2005 dan 2019 ketika negara asalnya menjadi tuan rumah SEA Games.

Dalam Arnis, dua atlet yang mengenakan baju pelindung dan helm berupaya saling memukul lawannya menggunakan tongkat yang terbuat dari rotan.

Pada disiplin anyo, penampil individu mengenakan pakaian tradisional untuk melakukan gerakan-gerakan koreografi dengan senjata.

Selain Arnis, Kun Bokator juga merupakan seni beladiri nasional yang dipertandingkan bulan ini.

Kemudian juga ada Vovinam, seni bela diri tangan kosong yang berasal dari Vietnam yang juga mengadopsi gerakan-gerakan gulat dan karakteristik seni bela diri lainnya seperti pencak silat.

Baca juga: SEA Games 2023 pertandingkan 39 cabang olahraga

Kun Bokator

Seni bela diri ini dipercaya berumur lebih dari 1.000 tahun dan lahir pada masa kerajaan Khmer, yang wilayahnya meliputi sebagian besar Asia Tenggara.

Kun Bokator kemungkinan merupakan seni bela diri paling mendasar di Kamboja.

Memiliki gaya yang anggun, menggabungkan pukulan siku, serangan tulang kering, kuncian dan bergulat, Kun Bakator menjalani debutnya di SEA Games hanya satu tahun setelah masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO.

Seni bela diri itu juga kini semakin berkembang setelah pada satu dekade terakhir hampir punah karena sangat sedikit praktisi Kun Bakator yang menyintas rezim Khmer Merah pada 1970-an.

Namun seni bela diri tersebut telah memenangi hati warga Kamboja yang ingin melestarikan budaya mereka.

Baca juga: Kun bokator dulang enam medali sehari sebelum pembukaan SEA Games 2023
Baca juga: Keseruan WNI di Kamboja beri dukungan untuk timnas di SEA Games


Selanjutnya: Teqball
 
Dua orang bermain teqball di FIFA Fan Festival, Mexico City, Meksiko (20/11/2022) (AFP/RODRIGO ARANGUA)

Teqball

Teqball adalah olahraga baru yang memadukan gaya permainan sepak takraw dan tenis meja.

Menurut laman Dewan Olimpiade Asia, Teqball lahir di Hungaria pada 2012 dan telah menarik perhatian atlet generasi baru dan pemain amatir di seluruh dunia.

Teqball dimainkan oleh dua orang (tunggal) atau empat orang (ganda) menggunakan meja khusus yang didesain melengkung di atas lapangan pasir, akrilik maupun indoor.

Para pemain diperbolehkan menyentuh bola maksimal tiga kali, menggunakan seluruh bagian tubuhnya kecuali lengan, sebelum mengembalikannya ke lawan.

Sejumlah timnas sepak bola dunia seperti Spanyol dan Portugal mengisi waktu luang di luar latihan dengan bermain teqball.

Legenda sepak bola Brazil Ronaldinho juga ditunjuk sebagai duta olahraga tersebut.

Tendangan-tendangan akrobatik para teqer, istilah pemain teqball, akan menghibur di SEA Games 2023 saat teqball dipertandingkan sebagai olahraga demonstrasi.

Baca juga: Indonesia absen pada lima cabang olahraga SEA Games 2023 Kamboja
Baca juga: KOI usulkan cabang olahraga SEA Games sejalan dengan Olimpiade

Selanjutnya: Chinlone
 
Ilustrasi pertandingan chinlone pada SEA Games 2019 di Myanmar. (9/12/2013)(AFP/YE AUNG THU)

Chinlone

Dalam bahasa Myanmar chinlone berarti keranjang bundar. Olahraga yang memerlukan kerjasama tim itu sangat populer di negara asalnya itu.

Saking tenarnya olahraga itu, festival chinlone di Myanmar pernah berlangsung selama lebih dari satu bulan dan diikuti lebih dari seribu tim.

Chinlone merupakan keluarga sepak bola dan mirip dengan sepak takraw.

Asal muasal chinlone kemungkinan ada hubungannya dengan permainan kuno China bernama cuju atau tsu chu, yang diakui oleh FIFA sebagai bentuk sepak bola tertua di dunia.

Chinlone juga berkaitan dengan keluarga olahraga lainnya yang dimainkan dengan menendang kok, dikenal sebagai jianzi di China dan jegichagi di Korea.

Karena keistimewaan chinlone, peraturan harus dibuat agar permainan itu bisa menjadi kompetisi dan dipertandingkan pertama kalinya pada SEA Games 2013 di Naypyidaw.

Dalam setiap pertandingan, dua tim masing-masing tampil dalam set selama sepuluh menit.

Dalam chinlone, enam pemain berdiri dalam arena berbentuk lingkaran berupaya menjaga bola tidak jatuh ke tanah lewat sentuhan-sentuhan akrobatik, terkadang juga anggun seperti penari, dengan kaki, lutut atau kepala mereka.

Satu pemain berdiri di tengah lingkaran (zona poin) berupaya menjaga bola tidak jatuh dengan mengeksekusi gerakan-gerakan yang ditentukan, sebelum meneruskan bola kepada pemain lainnya.

Poin diberikan apabila seluruh enam pemain telah sukses menjaga bola tak jatuh ke tanah.

Tim dengan poin terbanyak memenangi set, dan mereka yang memenangi dua set lebih dulu keluar sebagai juaranya.

Baca juga: Mengenal Kamboja dari masa ke masa di tengah pusat ibu kota
Baca juga: CdM SEA Games Kamboja merinci potensi Indonesia kehilangan 39 emas

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023