Temuan ini berasal dari penelitian Kaspersky yang disebut "Date or DAIte?", yang bertujuan untuk memahami pengaruh kecerdasan buatan pada dunia kencan.
Hasil survei menunjukkan bahwa 75 persen pengguna aplikasi kencan tertarik untuk menggunakan ChatGPT sebagai "dorongan" virtual untuk membantu meningkatkan kualitas percakapan mereka.
Namun, temuan tersebut juga menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan adanya era baru catfishing berbasis AI, karena 57 persen dari semua responden percaya penggunaannya dalam pengaturan kencan daring merupakan hal yang tidak jujur.
Baca juga: Perintis AI peringatkan ancaman AI lebih mendesak untuk disikapi
Catfishing merupakan pemalsuan identitas untuk memikat korban, biasanya untuk hubungan romantis. Pelaku catfishing biasanya memberikan profil yang menarik di media sosial, tujuannya supaya korban tidak curiga dan mau menjalin komunikasi daring, termasuk memberikan informasi pribadi.
Pakar kencan di Inner Circle, Crystal Cansdale, mengatakan bahwa keaslian adalah inti dari membangun hubungan, dan terlepas dari seberapa "nyata" pesan yang dihasilkan ChatGPT dapat terlihat, itu hanya akan membawa pada hal yang tidak nyata.
Dia menyarankan agar orang-orang selalu waspada dan memverifikasi keaslian orang yang mereka ajak bicara untuk terhindar menjadi korban taktik penipuan.
Baca juga: Joe Biden temui Microsoft hingga Google bahas bahaya AI
Principal Security Researcher Global Research and Analysis Team Kaspersky, David Emm juga menekankan pentingnya waspada saat menggunakan aplikasi kencan.
Dia mengatakan bahwa menggunakan AI seperti ChatGPT untuk menciptakan saluran obrolan menarik mungkin tampak menyenangkan, tetapi orang harus menyadari bahwa tidak semua orang akan menggunakannya dengan itikad baik.
Beberapa orang mungkin menggunakannya untuk menipu, dan individu harus tetap waspada saat berkomunikasi dengan orang lain secara daring.
Baca juga: ChatGPT dan dilema kecerdasan buatan
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023