• Beranda
  • Berita
  • BRIN: Lahan gambut jadi ekosistem penting keaneragaman hayati

BRIN: Lahan gambut jadi ekosistem penting keaneragaman hayati

22 Mei 2023 13:48 WIB
BRIN: Lahan gambut jadi ekosistem penting keaneragaman hayati
Tangkapan layar - Data saat webinar oleh BRIN dan YKAN (ANTARA / HO YKAN)

Perlindungan dan restorasi gambut tidak hanya berperan untuk target iklim nasional, tetapi juga untuk mitigasi perubahan iklim secara global

Kepala Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sasa Sofyan Munawar mengatakan lahan gambut merupakan ekosistem penting bagi keanekaragaman hayati, sekaligus menjadi solusi alam efektif dalam mitigasi perubahan iklim.

"Perlindungan dan restorasi gambut tidak hanya berperan untuk target iklim nasional, tetapi juga untuk mitigasi perubahan iklim secara global," ujar Sasa Sofyan dalam rilis yang dikirim Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) di Samarinda, Senin.

Indonesia yang memiliki total luas gambut 13,4 juta hektare  atau setara dengan 80 persen dari total lahan gambut di Asia Tenggara, menyimpan 14 persen karbon gambut global.

BRIN, lanjutnya, bisa merekomendasikan hasil riset untuk sebuah kebijakan dalam membantu melindungi lahan gambut di Indonesia, karena memiliki kontribusi signifikan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan rumah bagi keanekaragaman hayati yang tinggi.

Baca juga: BRIN: Pelestarian ekosistem gambut demi mencapai tujuan iklim global
Baca juga: Pengelolaan gambut berkelanjutan jaga keanekaragaman hayati


Hal ini dikatakan Sasa saat webinar dengan YKAN dengan tema "From Science to Policy: Tropical Peatlands as a Key Role in Mitigating Climate Change," untuk memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia 2023 pada 22 Mei.

Webinar digelar juga sekaligus menjadi bagian dari proses diseminasi hasil kajian yang telah dilakukan oleh BRIN dan YKAN, serta mitra mengenai potensi gambut tropis dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Senada, Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE) BRIN Haruni Krisnawati menjelaskan lahan gambut adalah ekosistem yang unik dan langka.

"Meskipun hanya mencakup sekitar 3-4 persen dari permukaan tanah planet ini, namun mengandung hingga sepertiga atau 30-40 persen karbon tanah dunia, yaitu dua kali jumlah karbon yang ditemukan di hutan dunia," kata Haruni.

Ia mengatakan melestarikan ekosistem lahan gambut sangat penting untuk mencapai tujuan iklim global, meski sekitar 12 persen lahan gambut saat ini telah kering dan terdegradasi, sehingga berkontribusi terhadap 5 persen emisi gas rumah kaca global yang disebabkan oleh manusia.

Baca juga: Pantau Gambut: Kerusakan gambut bisa hilangkan identitas warga lokal
Baca juga: Antisipasi karhutla, audit kepatuhan perusahaan di lahan gambut






 

Pewarta: M.Ghofar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023