"Kami akan melakukan kerja bakti di proyek sodetan untuk membersihkan sampah pada Minggu (4/5) usai berkoordinasi dengan Wali Kota Administrasi Jakarta Timur Muhammad Anwar serta Asisten Pembangunan," kata Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Timur Wawan Kurniawan di Jakarta, Kamis.
Kerja bakti itu akan melibatkan UPK Badan Air, Suku Dinas (Sudin) Lingkungan Hidup, Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Klender serta Kecamatan Duren Sawit.
Menurut dia, pada Rabu (31/5) malam, beberapa jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur telah melakukan pengecekan di lokasi terkait kondisi penumpukan sampah.
Baca juga: Proyek sodetan di Kampung Sumur terbengkalai
Sudin SDA juga melakukan survei mengenai akses lokasi untuk dapat mengetahui kemungkinan alat berat bisa dikerahkan atau tidak.
"Dapat laporan bahwa membutuhkan alat berat untuk pembersihan, tadi malam juga melakukan pengecekan perihal aksesnya," ujarnya.
Langkah itu diambil sambil menunggu keputusan dari dinas terkait pelaksanaan rencana penyambungan sodetan.
"Sambil menunggu kelanjutan daripada rencana penyambungan sodetan tersebut ke saluran PHB Tegal Amba, ya dilakukan kerja bakti," kata Wawan.
Baca juga: Pemprov DKI inventarisasi lahan untuk normalisasi Kali Ciliwung
Proyek sodetan kali di Kampung Sumur RT 02/RW 17 Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur (Jaktim), yang dimulai sejak 2005 saat ini terbengkalai.
Proyek sodetan itu rencananya untuk mencegah terjadinya banjir, namun kini dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga sekitar.
Pada Kamis, tumpukan sampah memenuhi area sodetan kali Kampung Sumur, mulai dari limbah rumah tangga, kayu, puing-puing bangunan hingga karung berisi pasir.
Tak hanya itu, tanaman liar hingga kandang ayam pun berdiri di tengah area sodetan kali yang memiliki kedalaman tujuh meter.
Sampah-sampah tersebut menumpuk hingga memanjang sekitar 200 meter di sodetan tersebut.
Baca juga: Jaktim bangun sodetan untuk atasi banjir di Jalan Raya Jambore
Salah satu warga, Sobur (60) di Jakarta, Kamis, mengatakan, proyek sodetan kali itu memang sudah mangkrak (tidak terurus atau terawat) sejak tahun 2005.
"Rencananya itu dibuat sodetan yang dari Kelurahan Klender itu, tapi malah mangkrak, warga sendiri pasti menyayangkan ini mangkrak," katanya.
Hingga kini, lanjut dia, belum ada jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang menindaklanjuti proyek tersebut.
Padahal, sejak rencana proyek itu dijalankan sudah banyak petugas yang mendatangi lokasi.
"Dari dulu juga memang udah banyak yang mengontrol, sudah banyak macam-macam dari mana aja ngontrol banyak banget, tapi ya masih gini aja," katanya.
Baca juga: Pemkot Jaktim bangun saluran untuk atasi genangan di Klender
Sobur menuturkan, bila proyek sodetan ini nantinya tetap dijalankan diharapkan pemkot memasang pembatas di sepanjang aliran sodetan.
"Kedalaman sodetan mencapai 7 meter dan akan membahayakan bagi warga bila tidak ada pembatas di pinggiran kali," kata Sobur.
Untuk mengantisipasi adanya warga yang terperosok, warga menguruk sodetan itu dengan puing-puing bangunan dan limbah rumah tangga.
Sobur menjelaskan, mangkraknya sodetan itu karena pemerintah yang belum bisa membebaskan lahan yang dibutuhkan secara menyeluruh dan terkendala pembebasan lahan pemakaman yang merupakan tanah wakaf.
"Tapi kalau, misalkan, dilanjutkan saya sih cuma ingin menanyakan saja, apakah sanggup itu membebaskan lahan makam. Kalau bisa dibebaskan ini lahan makam silakan, karena makam ini dedengkot sini semua," tuturnya.
Baca juga: Pembangunan saluran di I Gusti Ngurah Rai Klender capai 85 persen
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023