• Beranda
  • Berita
  • Pengamat migas: Laba Rp56,6 triliun, keberhasilan efisiensi Pertamina

Pengamat migas: Laba Rp56,6 triliun, keberhasilan efisiensi Pertamina

9 Juni 2023 23:03 WIB
Pengamat migas: Laba Rp56,6 triliun, keberhasilan efisiensi Pertamina
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan kinerja Pertamina dalam "Media Briefing Capaian Kinerja 2022 PT Pertamina (Persero)", Jakarta, Selasa (6/6/2023). ANTARA/HO-Pertamina

Pertamina patut diapresiasi. Dengan meraih laba, berarti mereka telah melakukan kegiatan luar biasa, salah satunya efisiensi di berbagai sektor

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai perolehan laba Pertamina sepanjang 2022 sebesar Rp56,6 triliun menjadi bukti keberhasilan program efisiensi yang dijalankan perusahaan tersebut.

"Pertamina patut diapresiasi. Dengan meraih laba, berarti mereka telah melakukan kegiatan luar biasa, salah satunya efisiensi di berbagai sektor,” ujar pengamat migas tersebut dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, tidak mudah untuk meraih laba pada kondisi saat ini, apalagi meningkat sekitar 86 persen dari tahun sebelumnya. Keberhasilan tersebut, karena Pertamina menerapkan kebijakan yang tepat.

"Terlebih, selain efisiensi, Pertamina juga menerapkan digitalisasi sehingga bisa mengurangi kerugian dan penyalahgunaan BBM. Jika Pertamina tidak menerapkan berbagai strategi, rugi juga ,"katanya.

Komaidi menyatakan, fakta bahwa Pertamina menerapkan strategi bisnis yang tepat karena tahun-tahun sebelumnya juga mampu meraih hasil positif.Termasuk pada 2020, saat pandemi Covid-19.

Ketika itu, tambahnya, banyak perusahaan migas dunia mengalami kerugian, sebaliknya, Pertamina justru berhasil meraih laba sebesar Rp14 triliun.

Di tengah hantaman triple shocks berupa anjloknya harga minyak, jatuhnya permintaan minyak, dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, Pertamina justru memperlihatkan kinerja menggembirakan.

Namun demikian, menurut Komaidi, ke depan Pertamina harus tetap berhati-hati menghadapi berbagai tantangan, termasuk terkait transisi energi.

Selain itu, Pertamina lebih bijak dalam menetapkan portofolio investasi, termasuk di sektor energi fosil dan energi baru terbarukan (EBT). Terlebih, karena diperkirakan energi yang bersumber dari fosil masih dibutuhkan hingga 30-50 tahun ke depan.

‘’Saya kira isu-isu resesi dan ekonomi global, pelemahan mata uang, dan lainnya sudah biasa dihadapi oleh Pertamina. Namun persoalan transisi energi tergolong isu baru," katanya.

Baca juga: Pertamina capai 60 persen Tingkat Komponen Dalam Negeri pada 2022

Baca juga: Capai pendapatan tertinggi, Pertamina bukukan laba bersih 3,81 M dolar

 

Pewarta: Subagyo
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023