Kita juga mengetahui 73 persen kejadian diare disebabkan ketersediaan kualitas air minum rendah, kelayakan sanitasi, dan higienitas
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyatakan sanitasi yang layak dan aman berpengaruh terhadap penurunan angka stunting terhadap balita.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK YB Satya Sananugraha mengatakan akses terhadap sanitasi aman merupakan prioritas nasional dan erat kaitannya dengan pembangunan lainnya, seperti kesehatan, kemiskinan, dan pembangunan manusia.
"Kita juga mengetahui 73 persen kejadian diare disebabkan ketersediaan kualitas air minum rendah, kelayakan sanitasi, dan higienitas. Disampaikan juga 15 persen kejadian stunting disebabkan diare pada anak, rendahnya kualitas air minum, dan sanitasi aman," kata Satya pada acara pembukaan City Sanitation Summit (CSS) XXI 2023 di Bandung, Jawa Barat, Kamis.
Berdasarkan studi dilakukan pada sebuah populasi, kata dia, 21,58 persen balita stunting yang tinggal di pedesaan dapat dicegah dengan menyediakan akses air minum dan sanitasi lebih baik untuk mencegah terjadinya infeksi berulang.
Baca juga: UNICEF Indonesia dorong agar sekolah-sekolah dilengkapi toilet layak
Baca juga: UNICEF Indonesia dorong agar sekolah-sekolah dilengkapi toilet layak
Namun, kata dia, saat ini Indonesia masih dihadapkan sejumlah tantangan percepatan penyediaan air minum dan sanitasi, antara lain luasnya kawasan pemukiman kumuh, perlunya semua pemerintah daerah (pemda) mempunyai komitmen tinggi, serta terbatasnya akses pendanaan.
Berdasarkan data tahun 2022, menurutnya, tingkat sanitasi layak baru mencapai 80,9 persen dan sanitasi aman baru mencapai 10,16 persen. Sedangkan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), ditargetkan sanitasi aman bisa mencapai 90 persen dan sanitasi layak bisa mencapai 15 persen pada 2030.
Maka dari itu ia berharap komitmen kuat dari seluruh pihak dan seluruh pemangku kebijakan untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat demi menciptakan air minum dan sanitasi yang layak.
Baca juga: Peneliti: Akses air bersih dan sanitasi layak cegah stunting
Baca juga: Peneliti: Akses air bersih dan sanitasi layak cegah stunting
"Saya mengapresiasi kepada pemda yang sudah mencapai target 15 persen sanitasi aman, diantaranya Provinsi Kepulauan Riau, Banten, Bali, DIY, Aceh, dan DKI Jakarta. Meskipun telah menunjukkan perbaikan capaian dari 2021, kita masih harus bekerja keras untuk dapat mewujudkan target sanitasi aman pada tahun 2030," katanya.
Sementara itu Ketua Asosiasi Kabupaten dan Kota Peduli Sanitasi (Akkopsi) Ahmed Zaki Iskandar mengatakan kualitas hidup manusia salah satunya ditentukan oleh sebelum atau saat usia kehamilan hingga 1.000 hari pertama kehidupan. Kualitas itu, kata dia, harus didorong oleh sanitasi yang aman untuk menghindari berbagai penyakit pada anak.
Saat ini, kata dia, tingkat stunting di Indonesia masih berada pada angka 22,6 persen. Sedangkan pada tahun 2024, lanjutnya, ditargetkan angka stunting bisa turun menjadi 14 persen berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo.
"Akses sanitasi layak secara nasional itu baru mencapai 80,9 persen, dan capaian di daerah masih terjadi jarak yang tinggi. Di mana sanitasi layak tertinggi itu sudah ada yang 100 persen, tapi angka terendah itu masih ada yang 4,4 persen atau di bawah 5 persen," kata Ahmed Zaki yang juga Bupati Tangerang.
Baca juga: Bappenas: Ketersediaan air minum dan sanitasi syarat capai Visi 2045
Baca juga: Delapan daerah di Jateng berkomitmen penuhi air minum-sanitasi aman
Baca juga: Bappenas: Ketersediaan air minum dan sanitasi syarat capai Visi 2045
Baca juga: Delapan daerah di Jateng berkomitmen penuhi air minum-sanitasi aman
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023