"Pemda diimbau untuk memberikan edukasi kepada orang tua, keluarga, masyarakat, dan perangkat desa atau kecamatan yang berada di sekitar rel kereta untuk meningkatkan pengawasan terkait aktivitas yang berada di sekitar area transportasi," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA Nahar saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Kedubes China bantu warga sekitar rel Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Hal ini menanggapi kasus bunuh diri seorang pria di perlintasan kereta api Pasar Senen, Jakarta Pusat. Peristiwa nahas tersebut disaksikan oleh anak-anak yang saat itu tengah merekam momen kereta bergerak di perlintasan kereta.
KemenPPPA menaruh perhatian besar pada kondisi psikologis anak-anak yang menyaksikan secara langsung peristiwa bunuh diri tersebut.
"Anak-anak secara tiba-tiba harus menyaksikan kejadian yang tidak menyenangkan dan cenderung menakutkan bagi mereka. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan reaksi trauma pada diri anak, baik pada anak yang menyaksikan secara langsung maupun tidak langsung, dan lebih jauh lagi akan berdampak pada gangguan perilaku," kata Nahar.
Baca juga: KAI salurkan Rp378 juta untuk masjid sekitar reaktivasi rel di Garut
Nahar pun memaparkan sejumlah gejala trauma yang bisa dialami anak akibat pengalaman buruk, diantaranya gejala fisik seperti mual, suhu badan meningkat, lesu, rewel, dan nyeri pada dada.
Gejala kognitif berupa kurang konsentrasi, tidak fokus, mimpi buruk, dan mudah curiga.
Baca juga: PT KAI rapikan lahan di sekitar rel
Kemudian gejala afektif dengan munculnya emosi negatif seperti cemas, panik, sedih, dan marah. Gejala perilaku berupa sikap antisosial, malas, menarik diri dari lingkungan, pola perilaku berubah dari kebiasaan, dan lainnya.
Baca juga: Rel KA di Sekitar Semburan Lumpur Melengkung
Baca juga: SSDM Polri cegah perilaku bunuh diri personel
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023