Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menekankan bahwa keluarga merupakan basis utama dalam mentransformasikan nilai-nilai luhur bangsa pada seluruh anggotanya.
"Keluarga sebagai madrasah pertama. Maka kami titip, agar keluarga bisa jadi garda terdepan dan paling pertama, dengan delapan fungsi utama keluarga bisa dioptimalkan,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis.
Dalam kunjungannya ke Kabupaten Kendal, Jawa Tengah hari ini, Hasto menuturkan keluarga mempunyai peran penting menjaga nilai luhur bangsa yang pada zaman modern mulai hilang di kalangan anak muda.
Nilai-nilai luhur itu seperti menjaga sikap ramah tamah dan slogan Tut Wuri Handayani. Semua nilai baik itu, patut dijaga meski dalam masyarakat tidak dapat dipungkiri terdapat keluarga dengan kondisi anggotanya tidak lengkap akibat perceraian.
Terkait perceraian, Hasto membeberkan bahwa pada tahun 2021, angka perceraian di Indonesia menyentuh angka 580 ribu secara nasional ketika pandemi COVID-19 melanda. Ia berharap perceraian tidak memadamkan semangat keluarga mempertahankan warisan nenek moyang kepada anak cucunya.
Maka dari itu, Hasto meminta para penyuluh KB untuk memberikan edukasi kepada masyarakat soal dampak perceraian sebagai contoh yang tidak baik untuk ditiru oleh keluarga lainnya
“Baik penyuluh KB maupun masyarakat luas memiliki hak untuk bisa mewujudkan keluarga tentram, mandiri, dan bahagia. Maka dari itu, makan bersama di meja makan menjadi salah satu jalan untuk mencapai cita-cita tersebut,” katanya.
Baca juga: BKKBN: Angka stunting turun berkat tata kelola air bersih dan sanitasi
Bupati Kendal Dico Mahtado Ganinduto menambahkan angka stunting di wilayahnya yang semula berada di angka 14 persen pada tahun 2022 lalu, kini menjadi 10,9 persen.
Penurunan tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran keluarga yang bersedia didata secara by name by address sebagai salah satu upaya mengentaskan stunting. Sayangnya, ia khawatir akan mulai marak terjadinya pernikahan dini di Kabupaten Kendal.
Dengan demikian ia menekankan pada setiap pihak untuk memahami bahwa perkawinan anak jadi satu dari sekian banyak hal yang memicu anak terkena stunting.
“Soal pernikahan dini di Kendal yang meningkat, ini menjadi hal yang kami coba intervensi, agar turun. Karena tentu pernikahan dini ini bisa berakibat pada terjadinya stunting" kata Dico.
Baca juga: Ahli: Seruan kemenkes cegah stunting lewat protein hewani sudah tepat
Baca juga: Ahli: Program pengentasan stunting cegah IQ anak bangsa menurun
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023