Utusan Khusus untuk Global Blended Finance Alliance Mari Elka Pangestu mengatakan bahwa pemerintah perlu beradaptasi terhadap perubahan iklim untuk mencegah Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang diprediksi turun sebesar 1,24 persen di 2030.
“Sangat penting untuk melakukan aksi terhadap perubahan iklim. Penurunan ini (PDB) bahkan bisa lebih tinggi lagi mencapai 3 hingga 5 persen di 2050 dan 2060,” kata Mari Elka dalam konferensi pers usai membuka acara Indonesia Sustainability Forum di Jakarta, Jumat.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan bahwa perubahan iklim akan semakin diperparah dengan meningkatnya polusi udara. Hal itu menurut dia, berpotensi menurunkan 1,2 tahun angka harapan hidup, dan nilai pendapatan pekerja sebesar 0,6 persen dari PDB.
Kondisi tersebut dapat terjadi karena polusi berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat sehingga mengganggu produktivitas, dan membatasi aktivitas di luar ruangan.
Mari Elka mengatakan Indonesia memerlukan rencana jangka panjang yang jelas untuk mencapai target bebas emisi pada 2060. Salah satunya dengan membuat kebijakan reformasi dan regulasi dalam mendapatkan investasi dari swasta.
“Jadi kalau tanpa ada dasar kebijakan yang jelas sehingga swasta bisa melakukan hitung-hitungannya, risikonya berapa, dan bagi hasilnya berapa, itu sangat sulit untuk mengharapkan dana yang diperlukan,” ujar Mari Elka.
Indonesia jelas Mari Elka sudah memiliki Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform untuk mewadahi pendanaan dari para investor yang diresmikan sejak November 2022.
Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan pada tahap awal Climate Investment Funds (CIF) sebagai salah satu pendanaan multilateral terbesar di dunia untuk aksi iklim negara-negara berkembang telah mengalokasikan dana konsesi sebesar 500 juta dolar AS untuk Indonesia melalui ETM Country Platform.
Dana tersebut diharapkan mampu menggerakkan lebih dari 4 miliar dolar AS pembiayaan untuk mempercepat pensiun dini beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara dengan kapasitas total 2 gigawatt.
Langkah tersebut mampu mengurangi sekitar 50 juta ton emisi karbon dioksida pada 2030, dan 160 juta ton pada 2040.
Baca juga: Mari Elka: perlu ada rencana jangka panjang ciptakan pertumbuhan hijau
Baca juga: Bank Dunia: Kebijakan pemulihan tak boleh kurangi kesetaraan gender
Pewarta: Cahya Sari
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023