Hal itu disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara, yang juga menyebutkan bahwa guna menghasilkan bio ester ditempuh pendekatan teknologi dalam proses trans-esterifikasi minyak nabati, khususnya minyak sawit.
"Kami yakin produk ini lebih bernilai tambah tinggi, karena nilai tambah produk turunan sawit seperti produk kosmetik dapat mencapai enam kali lipat jika dibandingkan dengan CPO," ungkap Ngakan dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Bio ester bisa dimanfaatkan lebih lanjut untuk penggunaan berbagai produk manufaktur lain, seperti industri farmasi, kosmetik, makanan, pertanian, perikanan, minyak dan gas, pertahanan, produk konsumen rumahan hingga pelumas industri.
Oleh karena itu, Ngakan mewakili Kemenperin dan pemerintah mengapresiasi eBio Advanced Technology, salah satu perusahaan yang sudah berhasil menciptakan produk bio ester, yang memperlihatkan komitmen untuk mengucurkan investasi di bidang pengembangan produk sarat inovasi teknologi.
eBio bersama mitra lokalnya di Indonesia, PT Servotech, sejak hadir di Indonesia pada 2013 telah berhasil mengembangkan produk seperti bio-degradable berkualitas tinggi dan ramah lingkungan yang harganya kompetitif.
Perusahaan asal Jerman tersebut merupakan pemegang lisensi untuk teknologi eBio yang ditemukan dan dipatenkan lembaga riset rekayasa proses dan kemasan, Fraunhofer IVV, yang berada di bawah organisasi riset Fraunhofer Gesselchaft Jerman.
"Untuk mengembangkan lebih jauh produk-produk akhir turunan sawit ini, eBio nantinya akan berkolaborasi dengan Balai Besar serta Balai Riset dan Standardisasi di seluruh Indonesia," tutur Ngakan.
BPPI memiliki Balai Pengembangan Produk dan Standardisasi Industri Pekanbaru yang fokus terhadap pengembangan produk turunan sawit dan Ngakan meyakini sinergi pemerintah-swasta tersebut bisa memberikan sumbangsih nyata bagi peningkatan ekonomi masyarakat.
Baca juga: Pembangunan politeknik kelapa sawit tunggu komitmen industri
Baca juga: Menperin: resolusi sawit Uni Eropa tak ganggu perdagangan
Baca juga: Menperin minta industri sawit tingkatkan produk hilir
Group Chairman eBio, Toshi Nakajima mengatakan, pihaknya ingin bio ester menjadi produk revolusioner yang dapat menggantikan minyak berbasis mineral dan minyak sintetis.
"Kami masih berfokus pada strategi pemasaran untuk mendapatkan kepercayaan dari pelaku industri besar, termasuk instansi litbang serta pemerintah," terangnya.
Saat ini pabrik eBio masih mengoptimalkan satu lini produksi bio ester yang diperkirakan mampu menghasilkan 15 ton bio ester per hari jika telah beroperasional secara penuh.
Pun demikian, eBio berencana menambah 10-15 lini produksi bio ester di Batam dalam jangka waktu dua tahun mendatang.
Produk bio ester ditargetkan selain untuk memenuhi pasar dalam negeri juga turut mendongkrak nilai ekspor produk turunan CPO.
Nilai ekspor minyak kelapa sawit Indonesia pada 2017 mencapai 31,05 juta ton atau naik 23 persen dibandingkan 25,11 juta ton pada tahun sebelumnya, sekaligus mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018