• Beranda
  • Berita
  • Masyarakat diminta selektif memilah informasi di media sosial

Masyarakat diminta selektif memilah informasi di media sosial

30 Maret 2018 03:53 WIB
Masyarakat diminta selektif memilah informasi di media sosial
ilustrasi Polri (polri.go.id)
Jakarta (ANTARA News) - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengimbau kepada masyarakat agar dapat selektif dalam memilah informasi di media sosial karena dalam era yang serba digital harus lebih waspada dan peduli terkait informasi yang diterima.

"Masyarakat juga tidak mudah menyebarkan sebuah informasi yang belum bisa dipastikan kebenarannya. Sebab, secara otomatis yang menyebarkan berita hoax merupakan pelaku pasif yang kemudian dapat merugikan orang lain," kata Juru Bicara (Jubir) Polri, Kombes Pol Sri Suari Wahyuni, dalam diskusi bertema "Ancaman Hoax dan Ujaran Kebencian Bagi Persatuan dan Kesatuan Bangsa" yang digelar Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti), di MGK Kemayoran Office, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis

Menurut dia, Polri sudah memprediksikan maraknya fenomena hoaks atau kabar bohong maupun ujaran kebencian di Indonesia, oleh karena itu sejak beberapa waktu lalu sudah menempatkan manajemen media sebagai visi utama.

"Sejak melakukan fit and proper test di DPR, beliau (Kapolri) telah menyatakan manajemen media sebagai misi utama. Beliau sudah meramalkan ini (hoaks) akan terjadi dan benar. Belum satu tahun beliau jadi Kapolri dan sudah terjadi," kata Sri.

Ia mengakui, guna mengatasi kondisi itu, pihak kepolisian telah melakukan sejumlah tindakan, baik preemtive, preventif, maupun represif, yakni pencegahan bagi masyarakat. Pihaknya juga tidak segan-segan akan menindak para pelaku yang dengan sengaja melakukan penyebaran hoaks dengan kepentingan tertentu.

"Ada dua strategi Polri karena ranahnya preemptive, preventif dan represif. Untuk dimensi preemptif dan preventif dilakukan penanggulangan," ucap Sri.

Polri juga menggandeng para tokoh pemuka agama agar dapat menjadi penengah dan memberikan pemahaman yang baik bagi masyarakat, terlebih agama memiliki potensi untuk disalah gunakan demi kebutuhan tertentu.

"Itu yang dilakukan oleh polri, melibatkan sebanyak mungkin siapa pun beliau dari tokoh baik agama budaya untuk cooling sistem sosial, mesin politik akan tetap panas," ucapnya.

Baca juga: SMSI: media sosial tidak bisa jadi sumber berita

Baca juga: PWI ingatkan tugas pers luruskan berita hoaks

Baca juga: Tim Asistensi Mabes Polri pantau pengamanan pilkada

Baca juga: BPOM lantik direktur pengamanan dari Polri

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018