• Beranda
  • Berita
  • Menhan: Tanggalkan ego sektoral bahas RUU Terorisme

Menhan: Tanggalkan ego sektoral bahas RUU Terorisme

14 Mei 2018 20:41 WIB
Menhan: Tanggalkan ego sektoral bahas RUU Terorisme
Menteri Pertahanan (Menhan) Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu. (ANTARA FOTO/HO/Puskomkemhan)

Saya sakit melihat rakyat mati. Rakyat itu menjadi tujuan yang harus dilindungi.

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengimbau agar semua pihak dapat menanggalkan sifat ego sektoral dalam upaya mempercepat pengesahan Revisi Undang Undang (RUU) Terorisme.

"Bukan mentok, dimentok-mentokin, enggak mau kita ada kekuatan. Ini begini, mau mati lagi? UU apapun demi melindungi rakyat harus segera disahkan. Kaji dong dengan benar, jangan dikait-kaitkan dengan yang lain. Ego sektoral kita terlalu tinggi. Saya enggak ada kepentingan apapun, enggak ada udang di balik batu," ujarnya, di Jakarta, Senin, terkait alotnya pembahasan RUU Terorisme di Parlemen dan kasus bom di Surabaya, Jawa Timur, yang membawa korban jiwa.

Meninggalkan ego sektoral, ditegaskan purnawirawan bintang empat itu, patut untuk dilakukan mengingat sudah cukup banyak rakyat Indonesia yang menjadi korban aksi terorisme.

Baca juga: Presiden desak DPR selesaikan RUU tindakan terorisme

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) tersebut menilai bahwa masih ada pihak-pihak tertentu yang tidak ingin Indonesia bersatu dan damai.

Dia mengaku sedih melihat rakyat Indonesia tewas akibat aksi terorisme.

Sebagai tentara, ia menegaskan, bagi dirinya rakyat merupakan tujuan utama yang harus dilindungi.

"Saya sakit melihat rakyat mati. Rakyat itu menjadi tujuan yang harus dilindungi. Tentara yang dengar harus sakit, satu orangpun mati kita bersedih," ucapnya.

Baca juga: PBNU desak pengesahan RUU Antiterorisme

Ryamizard menjelaskan bahwa sejak tiga tahun lalu dirinya juga sudah mengingatkan terkait bahaya teroris di Indonesia pada khususnya, dan dunia pada umumnya.

Ia menilai, ancaman teroris bisa sewaktu-waktu terjadi, jika bangsa Indonesia semakin lemah kedaulatannya.

"Ada ancaman nyata dan ancaman tidak nyata. Ancaman tidak nyata bisa menjadi nyata kalau kedaulatan negara terganggu. Musuh ancaman nyata adalah teroris. Bisa sewaktu-waktu terjadi. Berulang-ulang saya sampaikan," katanya.

Bahkan, ia menjelaskan, sejak 2017 dirinya juga sudah menyampaikan bahwa bangsa Indonesia akan menghadapi teroris generasi ketiga, yakni generasi yang digerakkan pejuang Islamic State (IS) yang sudah pulang dari Suriah ke Indonesia.

"Mereka sudah nyatakan Islamic State Indonesia, Islamic State Malaysia dan Islamic State Filipina agar kita tahu apa kegiatan mereka. Tahun lalu saya juga sudah membuat our eyes," kata Ryamizaed.

Oleh karena itu pula, ia mengajak masyarakat bersatu melawan dan tidak memberikan ruang gerak kepada terorisme.

"Masyarakat dapat berpartisipasi aktif dengan melaporkan segala macam tindak-tanduk yang mencurigakan. Para politikus bersatu dan tidak saling gontok-gontokan, termasuk juga aparat keamanan," demikian Ryamizard Ryacudu.

Baca juga: UGM: RUU terorisme perlu segera disahkan

 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018