Laporan-laporan itu beredar melalui pesan suara WhatsApp berisi suara pria dengan aksen bicara Argentina. Pria itu mengatakan bahwa Maradona dirawat di rumah sakit dan meninggal dunia karena serangan jantung.
"Saya diberikan perintah kepada publik yang menentukan dengan menawarkan hadiah 300.000 peso (sekitar 10.000 dolar AS) kepada siapa saja yang dapat memberikan informasi benar dan akurat terkaiut sumber audio itu," kata pengacara Maradona, Matias Morla, kepada harian Argentina Clarin, dilansir AFP dari Rusia.
Mantan pemain legendaris Argentina itu jatuh sakit pada akhir pertandingan dan harus dibantu untuk berdiri dari tempat duduknya.
Namun dia membantah kabar itu dengan mengatakan, "Saya sempurna. saya belum pernah lebih baik dari ini."
Baca juga: Maradona akui baik-baik saja, setelah terlihat sakit di stadion
Morla mengatakan Maradona menderita gangguan "tekanan darah".
"Ini adalah bagian yang suatu waktu akan mengkhawatirkannya. Bukan rahasia lagi bagaimana cara dia hidup melalui pertandingan. Bagaimana dia hidup sebagai pemain dan bagaimana dia hidup sebagai penggemar," katanya.
Menurut Morla, Maradona seharusnya tidak berada di stadion pada babak kedua pertandingan itu, saat Argentina menang melalui gol di menit-menit akhir.
"Para dokter mengatakan kepadanya untuk beristirahat, tidak bertahan di babak kedua pertandingan Argentina-Nigeria, tetapi meminta hal itu kepada Maradona bagaikan meminta seorang anak untuk tidak mencintai ibunya," katanya.
"Bagi Diego, timnya adalah Dona Tota (ibunya), dan dia tidak akan pernah membiarkannya sendiri," katanya, demikian AFP.
Baca juga: Mau berbagi resep kemenangan, Maradona desak bertemu tim Argentina
Penerjemah: Alviansyah Pasaribu
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018