Kompany tak nyaman sebutan generasi emas Belgia

5 Juli 2018 02:56 WIB
Kompany tak nyaman sebutan generasi emas Belgia
Bek tim nasional Belgia, Vincent Kompany (kiri), berusaha mencetak gol di hadapan penjagawa gawang Jepang Eiji Kawashima dalam laga putaran 16 besar Piala Dunia 2018 di Stadion Rostov Arena, Rostov-on-Don, Rusia, Senin (2/7/2018). (AFP/Odd ANDERSEN)
Moskow (ANTARA News) - Bek tim nasional Belgia Vincent Kompany menyatakan laga perempat final Piala Dunia 2018 melawan Brazil di Kazan, Rusia, pada Sabtu (7/7) dini hari WIB, adalah pertandingan menentukan bagi tim yang kini diisi para pemain berbakat namun menegaskan bahwa ia dan rekan-rekannya tak lagi nyaman dengan sebutan generasi emas.

"Istilah generasi emas jelas tak diterima dengan baik di antara para pemain dan sebetulnya itu bukan sesuatu yang terlalu penting bagi kami," katanya dalam konferensi pers di markas latihan timnas Belgia di luar Moskow, Rabu setempat.

"Bahwa laga melawan Brazil itu penting buat generasi kami, jelas. Namun itu tak berarti sampai saat ini kami gagal, hanya saja kami perlu mencapai level yang lebih tinggi, yang bisa dicapai lewat pertandingan yang akan kami mainkan melawan Brazil," ujarnya menambahkan.

Kompany menegaskan bahwa pertandingan tersebut tidak hanya penting bagi Belgia tetapi juga bagi Brazil, bahkan menyebut bahwa seharusnya kedua negara tak bertemu di babak yang lebih jauh di turnamen sepak bola paling wahid.

"Jadi, ini adalah permainan yang menentukan, tetapi tidak hanya bagi kami, itu adalah permainan yang menentukan untuk Brasil juga. Dengan komposisi pemain yang dimiliki kedua tim sebetulnya layak bertemu di babak yang lebih jauh di turnamen ini dan tidak di perempat final," katanya.

Selama beberapa tahun terakhir, label generasi emas disematkan kepada timnas Belgia, yang sebelumnya dikapteni oleh Kompany, yang berisikan pemain sekaliber Kevin De Bruyne, Eden Hazard, Thibaut Courtois dan Dries Mertens.

Namun harapan besar yang ditaruh ke generasi emas Belgia itu selalu runtuh, lewat pencapaian yang tak terlalu gemilang termasuk tersingkir di perempat final Piala Dunia 2014 demikian juga terhenti di perempat final Piala Eropa 2016.

Baca juga: Kita Piala Dunia 2018: Generasi X Generasi Y Generasi Z

Baca juga: Martinez: Kemenangan Belgia memperlihatkan karakter

Baca juga: Belgia menang 3-2 atas Jepang untuk hadapi Brazil


Tapi Kompany yakin bahwa Belgia kini memiliki skala mental yang lebih tangguh, mengingat skuatnya berisikan pemain yang telah memenangi berbagai gelar di level klub di seantero Eropa.

"Dulu dalam budaya Belgia, dan saya pikir semua orang akan setuju dengan saya, kami akan merasa kalah bahkan sebelum pertandingan seperti ini tetapi semua pemain ini di tim kami, yang bermain di klub di seluruh dunia, sekarang percaya 100 persen kami bisa mengalahkan Brazil. Apakah itu realistis saya tidak tahu, Brazil adalah tim yang luar biasa tetapi tidak ada satu hari saya pergi tidur sambil berpikir 'bagaimana kalau kita kalah?'," katanya.

Ketika dimintai komentar mengenai drama yang ditampilkan Neymar dalam laga putaran 16 besar melawan Meksiko, saat ia berguling-guling bak cacing kepanasan setelah kontak fisik ringan dengan pemain lawan, Kompany mengaku tidak peduli.

"Saya tidak tahu. Saya tidak peduli," katanya.

"Jika pertandingan itu hanya akan menjadi kontes individual semata, percayalah kami tidak memiliki kesempatan melawan Brazil. Tetapi jika ini persoalan penampilan kolektif tim yang tahu cara bermain dan berjuang bersama, maka kami memiliki kesempatan dan itu satu-satunya hal yang saya pedulikan. Apapun yang dilakukan pemain tim lawan tidak akan banyak berpengaruh," pungkas Kompany, yang dalam konferensi pers itu menjawab pertanyaan dalam empat bahasa.

Pewarta: Triono Subagyo
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018