Surabaya (ANTARA News) - Dampak buruk penggunaan gawai di kalangan anak-anak harus dicegah, meskipun di sisi lain gawai juga memberikan dampak yang baik.Seringkali keluarga atau orang tua membiarkan anak menggunakan gawai tanpa pengawasan. Bahkan kadang sengaja memberikan gawai tanpa memikirkan dampak buruknya bila anak sudah ketagihan
"Kami sedang membahas kemungkinan regulasi bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kementerian Komunikasi dan Informatika tentang penggunaan gawai di satuan pendidikan," kata
Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Lenny N Rosalin di sela-sela Forum Anak Nasional 2018 di Surabaya, Jumat.
Mengapa penggunaan gawai di sekolah harus dibatasi? Karena, menurut Lenny, delapan jam atau sepertiga hidup anak berada di sekolah. Itulah sebabnya, perlu ada regulasi untuk menyelamatkan sepertiga hidup anak di sekolah dari dampak buruk gawai.
Baca juga: KPAI: Anak 0-2 tahun jangan bermain dengan gawai
Namun, Lenny mengatakan, sepertiga hidup anak juga berada di keluarga. Karena itu, keluarga juga harus berperan mengawasi dan mendampingi anak dalam menggunakan gawai untuk mencegah dampak negatifnya.
"Seringkali keluarga atau orang tua membiarkan anak menggunakan gawai tanpa pengawasan. Bahkan kadang sengaja memberikan gawai tanpa memikirkan dampak buruknya bila anak sudah ketagihan," tuturnya.
Lenny mengatakan penggunaan gawai tanpa pengawasan dan pendampingan keluarga bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak. Akses terhadap gawai yang tanpa batas bisa mengabaikan waktu belajar dan komunikasi dengan lingkungan sekitarnya.
"Kalau sudah ketagihan, anak bisa asyik sendiri dengan gawainya. Karena itu, orang tua juga harus berperan mengawasi anak-anak dalam menggunakan gawai," katanya.
Baca juga: Tips kendalikan pemakaian gawai pada anak
Psikolog: waspadai dampak buruk "gadget" bagi anak
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018