Jakarta (ANTARA News) - Dewan Jagung Nasional (DJN) menegaskan Indonesia tidak perlu mengimpor benih jagung karena produsen dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan benih nasional.Kebutuhan ini dapat dipenuhi produsen benih nasional maupun multinasional. Jadi kita tidak perlu lagi impor benih jagung
Sekjen Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola di Jakarta, Jumat, mengatakan, kebutuhan benih jagung nasional sekitar 80.000 ton-100.000 ton/tahun.
Kebutuhan ini dihitung dari luas areal tanaman jagung 4 juta ha dengan asumsi kebutuhan benih 20 kg/ha sampai 25 kg/ha.
"Kebutuhan ini dapat dipenuhi produsen benih nasional maupun multinasional. Jadi kita tidak perlu lagi impor benih jagung," tegasnya.
Namun demikian, dia mengakui untuk memenuhi kebutuhan benih secara mendadak, sulit dilakukan.
"Produksi benih ini direncanakan setahun sebelumnya. Jadi kalau permintaan mendadak, ya, sulit dipenuhi," katanya.
Menurut Sola, beberapa daerah belakangan ini mengeluhkan kesulitan mendapatkan benih jagung hibrida. Hal ini terjadi karena memang diluar jadwal produksi produsen.
"Produsen benih itu mempersiapkan stok menjelang musim tanam di setiap wilayah," katanya.
Baca juga: CIPS: produktivitas jagung bibit upsus tidak optimal
Dia menambahkan, kurangnya benih, juga disebabkan dinas-dinas pertanian mengejar serapan anggaran target Luas Tambah Tanam (LTT) jagung.
Pengamatan di lapangan, lanjutnya, banyak dinas atau daerah yang memaksakan pengadaan benih atau pembagian benih kepada petani di luar musim tanam, sehingga benih tidak tersedia.
Dia menegaskan, pengusaha benih jangan terlalu gampang menggantungkan impor karena ketika Indonesia hendak mengekspor sulit mendapatkan izin dari negara tujuan.
India misalnya, meminta benih jagung dari Indonesia, namun permintaan itu tidak bisa dipenuhi karena izin ekspor sulit didapatkan.
Sola juga menyebutkan untuk memenuhi proyek pemerintah Kementerian Pertanian (Kementan) mengharuskan menyerap 65 persen benih dari Balai Penelitian Serelia, Litbang Maros.
"Ini artinya, pemerintah mendorong agar benih lokal lebih banyak digunakan," tegasnya
Mengenai kualitas benih Litbang yang banyak dikeluhkan petani penerima bantuan, Sola menyarankan Balai Serelia, Maros, harus lebih selektif memilih mitra penangkar.
Sementara itu Data Ditjen Tanaman Pangan, Kementan mencatat telah menyalurkan bantuan benih jagung ke 2,6 juta ha dari target penyaluran yang lebih dari 3 juta ha.
Secara terpisah Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Sumardjo Gatot Irianto mengatakan, dari benih yang disalurkan tersebut, ada yang sudah ditanam, ada yang sudah tersalur dan ada yang sedang dalam proses awal distribusi.
Bantuan benih ini dilakukan di seluruh wilayah di Indonesia. Namun, bantuan ini lebih diarahkan untuk perluasan tanam baru atau wilayah-wilayah yang sebelumnya belum pernah ditanami jagung.
"Untuk petani yang sudah tahu kebijakan budidaya tanam jagung dan yang sudah biasa menanam jagung tidak kita berikan bantuan, strategi kita supaya bantuan pemerintah tidak terlalu berat," ujar Gatot, Selasa (24/7).
Dirjen berharap, seluruh bantuan benih sudah dapat tersalur September mendatang sehingga, jagung yang ditanam bisa dipanen tahun ini.
Dia menambahkan, apabila produktivitas benih yang disalurkan tersebut sudah mencapai 7-8 ton per ha, maka produksi yang dihasilkan sudah cukup baik.
Baca juga: Mentan lepas ekspor jagung Gorontalo ke Filipina
Baca juga: Balitbangtan: pola "zigzag" dongkrak produksi jagung 20 ton/ha
Pewarta: Subagyo
Editor: Apep Suhendar
Copyright © ANTARA 2018