"Ada 37 kapal nelayan yang rusak akibat bencana ini dengan rincian 30 unit di Pantai Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap dan tujuh unit di Pantai Cisolok, Kecamatan Cisolok," kata Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Sukabumi Eka Widiaman di Sukabumi, Selasa.
Gelombang pasang dan arus laut deras, ujar dia, membuat kapal-kapal yang tengah ditambatkan di pesisir dan dermaga terombang-ambing dan berbenturan, sehingga akhirnya rusak.
Tidak hanya kapal atau perahu nelayan yang rusak, tetapi empat mesin diesel milik nelayan pun ikut tenggelam sehingga sampai saat ini banyak nelayan yang tidak melaut karena tidak memiliki diesel.
Untuk saat ini, gelombang di perairan laut selatan Sukabumi sudah tidak terlalu tinggi namun belum normal dengan ketinggian dua sampai tiga meter.
Maka dari itu, pihaknya mengimbau kepada nelayan agar selalu waspada dengan anomali cuaca yang bisa berubah kapan saja apalagi di tengah laut.
"Tidak hanya kapal nelayan saja yang rusak akibat bencana gelombang tinggi atau pasang ini, tetapi puluhan warung, rumah dan tempat usaha lainnya serta fasilitas di objek wisata rusak. Untuk kerugiannya masih dalam perhitungan karena kami masih menginventarisir," tambah Eka.
Sementara itu, Ketua Forum Koordinasi SAR Daerah (FKSD) Kabupaten Sukabumi Okih Pajri mengatakan kondisi laut selatan Sukabumi saat ini sudah mulai normal, tetapi pihaknya tetap memberikan imbauan kepada nelayan dan wisatawan agar selalu berhati-hati saat melakukan aktivitas di sekitar laut sebab arus masih cukup deras.
Okih meminta kepada warga atau siapapun tidak lagi mendirikan bangunan di pesisir pantai karena dalam aturan pun tidak diperbolehkan.
Baca juga: Paceklik berkepanjangan ribuan nelayan Sukabumi memilih andon
Baca juga: Kemenhub berikan pekerjaan bagi nelayan tak bisa melaut
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018