Kilau energi Asia memancar dari GBK

18 Agustus 2018 23:39 WIB
Kilau energi Asia memancar dari GBK
Penari tampil saat pembukaan Asian Games ke-18 tahun 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8/2018). (INASGOC/Wahyudin)
Jakarta (ANTARA News) -  Bak Mentari terbit, pesta pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno ( GBK) Jakarta, Sabtu malam, memancarkan cahaya pembuka hari yang menjanjikan harapan, mempertontonkan kerlap kerlip  keindahan, dan membawakan energi yang penuh kekuatan.

Pesta pembukaan multi event olah raga se-Asia itu seakan-akan ingin mengikrarkan bahwa akan banyak makna yang bisa dipetik dari kegiatan yang akan berlangsung hingga 2 september itu, sesuai dengan slogan yang diusung "energy of Asia".

Pada upacara pembukaan pesta olahraga akbar Asian Games 2018 itu,  Indonesia disajikan untuk mewakili keragaman Asia. Pertunjukan yang begitu megah menghadirkan semua tentang kekayaan Indonesia, yakni kebudayaan dan alam nusantara nan memesona.

Keragaman Indonesia menjadi cerminan Asia, energi Asia. Di sini lah perbedaan dirayakan dalam keriaan. Seperti saat penonton memberi sambutan meriah ketika kontingen Korea memasuki Stadion GBK. Kontingen Korea Selatan dan Korea Utara berparade dalam satu rombongan dengan membawa bendera Korea Bersatu.

Pembukaan Asian Games 2018 menjadi momen bersejarah bagi bangsa Korea setelah konflik yang berkepanjangan.

"Kita bersaudara, kita bersatu, kita ingin meraih prestasi," seru Presiden Joko Widodo saat meresmikan pembukaan Asian Games 2018.
 
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ibu Iriana Joko Widodo (kedua kiri), Wapres Jusuf Kalla (kanan) dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla (ketiga kanan) melambaikan tangan ke kontingen Indonesia pada Upacara Pembukaan Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8/2018). (INASGOC/Dhoni Setiawan)


Penuh energi

"Indonesia.. Indonesia.. Indonesia" digemakan puluhan ribu penonton yang memenuhi Stadion GBK sebelum pesta pembukaan Asian Games ke-18 dimulai.

Energi yang ditumpahkan penonton malam itu terbayar dengan pertunjukan spektakuler yang memanjakan mereka secara audio maupun visual.

Setidaknya ada sekitar 4.000 penari dari semua lapisan usia termasuk penari termuda berusia delapan tahun dan yang paling tua berusia 80 tahun.

Lewat arahan Eko Supriyanto dan Denny Malik sebagai koreografer, keindahan Indonesia disajikan lewat aksi ribuan penari tersebut dalam balutan busana bermotif khas Indonesia.

Penampilan mereka semakin spektakuler dengan iringan ratusan pemusik di bawah arahan Addie MS dan Ronald Steven, komposer musik yang sudah tak asing lagi di Tanah Air.
 
Defile kontingen Indonesia saat Pembukaan Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8/2018). (INASGOC/Jefri Tarigan)


Indonesia sebagai negara tropis ditampilkan lewat menjulangnya gunung buatan yang kokoh sebagai latar panggung dan dilengkapi dengan berbagai tumbuhan ciri khas Indonesia.

Panggung spektakuler dengan ukuran panjang 120 meter, lebar 30 meter, serta tinggi 26 meter disebut-sebut mengalahkan panggung di ajang sekelas Olimpiade.

Baca juga: Via Vallen dendangkan "Meraih Bintang", Presiden Jokowi ikut goyang

Eksplorasi Indonesia

Tidak hanya menonjolkan kekayaan budaya dan kesenian tetapi Wishnutama  yang didaulat sebagai direktur kreatif pesta pembukaan Asian Games 2018 juga mengeksplorasi alam Indonesia.

Ribuan penari membawakan tarian kolosal sejak kerajaan Sriwijaya hingga kerajaan Majapahit yang dibagi dalam empat tema air, bumi, angin, dan api untuk menunjukkan kekayaan alam dan laut Indonesia.

Segmen air menggambarkan samudera biru yang menyatukan ribuan pulau di Indonesia. Dimulai dari samudera yang bergejolak, merepresentasikan konflik di masa awal sejarah Indonesia, kemudian air hadir menjadi penyatu, menenangkan gejolak dan membawa kedamaian bagi semua pulau dengan menampilkan aktor Maruli Tampubolon sebagai tokoh pemersatu bangsa yang terinspirasi oleh sosok Gajah Mada

Kemudian Raisa tampil menyenandungkan lagu "Zamrud Khatulistiwa" dengan latar air terjun bersama para penari yang menggambarkan kekayaan laut Indonesia.

Warna biru yang medominasi panggung kemudian berganti menjadi hijau sebagai tema bumi.

Inilah taman surgawi Indonesia, di mana keindahan Indonesia dilambangkan dalam gerakan yang menggambarkan ragam budaya, warna, ekspresi dan perspektif yang terjaga hingga ke masa kini.

Diiringi lagu "Sijali-jali" yang dibawakan Rossa, segmen ini juga menampilkan cinta dan dedikasi anak Indonesia kepada bumi. Representasi tradisi dalam segmen ini bertujuan mengemas ragam budaya dalam tarian ritual dan tarian perang.

"Lagu Garuda di Dadaku" kemudian menghentak panggung yang semakin cantik dengan kemunculan bulan purnama dari balik latar gunung, yang dinyanyikan oleh sejumlah penyanyi antara lain Rossa, Wizzy, Fatin, GAC, Kamasean, Rinni Wulandari, dan Edo Kondologit.
 
Penampilan penyanyi Rossa (kiri bawah), Rini Wulandari (kiri atas), Edo Kondologit (tengah) dan Fatin (kanan) saat pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8/2018). (INASGOC/Wahyudin)


Panggung tiba-tiba menjadi gelap, hanya bermandikan cahaya rembulan buatan. Puluhan ribu penonton serentak menyalakan ponsel mereka.

Suasana semakin syahdu dengan alunan piano dari Joey Alexander, pianis kebanggaan Indonesia yang sudah mendunia. Joey memainkan senandung "Gending Sriwijaya”.

Joey yang pernah meraih nominasi Grammy Awards itu membuka segmen angin, yang mencerminkan para leluhur bangsa Indonesia dengan segala kebijaksanaan, kekuatan dan nasionalisme yang tinggi.

Di segmen ini, angin digambarkan sebagai kekuatan yang tumbuh dan menyebarkan daya hidup, mewariskan nilai-nilai bangsa dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Suasana semakin khidmat saat Putri Ayu melantunkan "Melati Suci" dengan iringan piano dari Joey.

Baca juga: "Zamrud Khatulistiwa" hingga medley lagu-lagu daerah di Asian Games 2018

Energi panggung kembali menyala dengan nuansa merah yang melambangkan api sebagai simbol keberanian dan semangat berkompetisi bangsa Indonesia.

Dalam segmen ini, api dan lava menghidupkan jiwa dan raga bangsa yang berakar pada bumi. Api akan menjadi semangat dan inspirasi para pejuang olahraga, menyorakkan mereka menuju ke kemenangan di 18th Asian Games 2018.

Di sini lah prosesi penyulutan obor kualdron berlangsung, yang menandai dibukanya secara resmi Asian Games 2018, pesta olahraga terbesar dunia setelah Olimpiade itu.
 
Mantan pebulu tangkis nasional Susi Susanti menjadi penyala obor pada Upacara Pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8/2018). (INASGOC/Ridhwan Siregar)


Prosesi penyulutan kualdron berlangsung cukup unik karena para pembawa obor harus mendaki gundukan gunung buatan yang dibangun di tengah lapangan di stadion utama yang berkapasitas sekitar 80.000 penonton itu.

Obor dibawa secara estafet oleh para mantan atlet berprestasi lainnya, diawali dari Lanny Gumulya (loncat indah), Arief Taufan (karate), Yustejo Tarik (tenis), Supriati Sutono (atletik) dan I Gusti Oka Sulaksana (layar). Susy Susanti, legenda hidup bulu tangkis Indonesia menjadi pembawa obor terakhir yang kemudian menyalakan api kualdron yang berada di puncak bukit buatan tersebut.

Api kualdron yang menandakan semangat itu, akan menyala sampai pesta ditutup secara resmi pada 2 September mendatang.

Baca juga: Kejutan dari Susy Susanti di Pembukaan Asian Games 2018

Energi Asia
 
Kembang api diluncurkan pada Upacara Pembukaan Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8/2018). (INASGOC/Ismar Patrizki)


Kobaran api kualdron tersebut menandakan energi asia yang menyala dalam perhelatan Asian Games 2018. Kembang api saling bersusulan melesat ke langit yang gelap.

Penyanyi Indonesia yang sudah dikenal di kancah internasional, Anggun C. Sasmi menutup rangkaian pesta pembukaan Asian Games 2018 dengan lagu "Pemuda" milik Chaseiro. Disusul dengan penampilan Ariel NOAH, Cakra Khan, Rian D'Masiv yang membawakan lagu "Bright as the Sun" dalam tema kosmopolitan.

Ini lah pancaran keragaman Asia yang berkilau di GBK, yang membawa pesan persatuan dalam keragaman, toleransi dan energi ke seluruh dunia.

“Ini waktunya kalian bersinar, kalian adalah energi Asia!” ujar Presiden Dewan Olimpiade Asia (OCA) Skeikh Ahmad Fahad Al-Sabah.

Baca juga: Pesta olahraga terbesar kedua sejagat itu resmi dimulai

Baca juga: INASGOC: Bangsa Asia lebih cinta damai-harmoni

Baca juga: Presiden OCA: SUGBK warisan Asian Games 1962

Pewarta: Monalisa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018