"Kita sudah cari-cari dimana, sampai ke Pasar Cakranegara Mataram sejak gempa besar pada 5 Agustus 2018, sampai sekarang tidak dapat juga," kata Nur Saad, warga Dusun Senaru, kepada Antara di Lombok Utara, Rabu malam.
Warga membutuhkan terpal berukuran 6 x 7 meter untuk membangun tenda yang mampu menampung sampai delapan orang, sementara bantuan tenda dari pemerintah masih terbatas.
"Bantuan dari pemerintah untuk terpal belum ada juga, jadi kita harus mencari. Tapi sulit sekali dan harganya melambung," katanya.
Sebagian warga memanfaatkan sisa terpal dari kegiatan pertanian atau kandang hewan ternak yang sudah rusak untuk membuat tenda yang diharapkan bisa melindungi mereka dari dingin kabut malam.
Bukan terpal saja, harga jerigen untuk air juga melonjak tinggi dari semula Rp35 ribu menjadi Rp55 ribu per unit. "Itu pun jadi barang langka juga," kata Nur Saad.
Minimnya bantuan terpal sempat memicu kericuhan warga saat penyaluran bantuan pendonor dari Bogor, Jawa Barat.
"Saya dapat bantuan pakaian bekas untuk 33 posko sumbangan, di antara pakaian bekas ada satu terpal. Dua warga berebutan sampai berkelahi," katanya.
Aminah, warga Dusun Koko Putek yang belum juga mendapatkan bantuan terpal dari pemerintah, sementara memanfaatkan dari terpal bekas untuk tenda.
"Sudah bolong, tetap saya gunakan dibandingkan kedinginan malam hari. Rumah sudah ambruk," katanya.
Baca juga:
Pengungsi gempa amankan tenda dari genangan hujan
Pengungsi di Lombok Barat butuh terpal dan air bersih
Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018