"Isu itu tidak benar, apalagi dengan mengatasnamakan BMKG sebagai sumber, karena selama ini BMKG tidak pernah mengeluarkan pernyataan akan terjadinya gempa bumi," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Ternate, Kustoro Hariatmoko, di Ternate, Selasa.
Masyarakat di Malut pada beberapa hari ini sempat diresahkan dengan beredarnya isu di media sosial berisi peringatan dini dari BMKG mengenai akan terjadinya gempa bumi berskala besar disertai tsunami menyusul kejadian serupa di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Menurut dia, gempa bumi bisa terjadi setiap saat di suatu daerah, tetapi tidak seorang ahli pun atau teknologi yang bisa memprediksi secara pasti kapan itu akan terjadi dan berapa kekuatannya.
Khusus untuk tsunami dapat diprediksi dengan menggunakan teknologi, tetapi setelah terjadinya gempa bumi dengan sejumlah kriteria, di antaranya kekuatan gempa bumi minimal 7,0 SR, pusat gempa bumi berada di dasar laut dan kedalamannya 10 KM atau gempa dangkal.
Oleh karena itu, Kustoro mengimbau masyarakat di Malut untuk tetap tenang dan jangan mudah terpengaruh dengan isu yang tidak jelas sumbernya, namun demikian harus tetap waspada.
Masalahnya Malut merupakan wilayah rawan gempa bumi, karena diapit tiga lempeng, yakni lempeng Pasifik, lempang Eurusia dan lempeng Indo Australia, di samping lempeng lokal seperti lempeng Halmahera dan lempeng Maluku.
Ia menambahkan, masyarakat perlu mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi dan tsunami. Untuk gempa bumi misalnya segera mencari ruang terbuka, sedangkan tsunami segera mencari daerah ketinggian sesaat setelah terjadi gempa bumi yang berpotensi tsunami.
Baca juga: BMKG ajak masyarakat tidak panik isu gempa Jawa
Baca juga: Isu gempa magnitude 9,0 di Medan hoax
Pewarta: La Ode Aminuddin
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018