"Pikiran berulang-ulang dan pikiran itu cenderung sangat negatif. Orang yang mengalami depresi, biasanya terpuruk karena selain pikirannya negatif, perasaannya pun sangat negatif," ujar psikolog dari Unika Atma Jaya, Prof. Irwant0, Ph.D., di Jakarta, Kamis.
Penderita depresi cenderung malu menceritakan masalahnya pada orang lain, apalagi pada psikolog. Akhirnya, dia menyimpan masalahnya sendiri dan semakin lama kondisi ini akan menariknya dari situasi sosial.
"Akhirnya, dia simpan sendiri dan itu semacam lingkaran setan dalam dirinya dan itu membuat dia semakin lama semakin terlepas dari situasi sosialnya. Tidak ada komunikasi dengan keluarga, dia mengunci kamar dan sebagainya," papar dia.
Baca juga: Kenali gejala depresi
Apa yang bisa Anda lakukan bila mengetahui rekan atau bahkan keluarga Anda terkena depresi? Coba tariklah dia dari dunia gelapnya, bawa dia kembali pada ritme hidup.
"Tarik dia keluar dari dunia itu. Dia harus menceritakan, keluar dari comfort zone-nya. Kalau tadinya di kamar, keluar ke ruang tamu baca koran, atau bertemu keluarga. Paling tidak say hai. Itu adalah awal-awal penting. Mereka takut sekali bertemu orang," tutur Irwanto.
Beberapa orang melakukan intervensi dari sisi diet. Makanan tertentu dianggap membantu adalah cokelat, karena bisa menenangkan.
Baca juga: Depresi intai pengonsumsi karbohidrat berlebih
Irwanto menekankan pentingnya penanganan depresi tak hanya sebatas pada psikolog. Orang-orang perlu mendapatkan edukasi mengenai depresi dan cara menghadapinya, sehingga bisa segera melakukan pertolongan pertama jika ada orang terdekat yang mengalami masalah itu.
"Penting mengedukasi orang-orang disekitar mengenai gejalanya, bagaimana memperlakukan mereka, sudah tahu orangnya sensi jangan diajak bertengkar terus. Jangan kita defensif terus kalau dia menyerang kita. Itu bagian dari mekanisme dia untuk diakui," kata dia.
Baca juga: Pertolongan pertama kala cemas melanda
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018