Astari mengungkapkan ada anggapan di masyarakat bahwa banyak berita yang saat ini disiarkan media mainstream dinilai berpihak pada kelompok tertentu.
"Masyarakat sudah tahu kalau pemilik media di Indonesia itu juga kebanyakan tokoh politik. Mereka juga tahu pemilik-pemilik media itu mendukung pemimpin ini atau ajaran yang itu," ujar dia.
Ketidaknetralan itu yang membuat masyarakat banyak berpaling dan kemudian mencari acuan informasi lain, yang dirasa cocok dengan pandangan hidup mereka, kata dia.
Cek fakta: "Suspend" akun media sosial tidak efektif halau hoaks
"Di situlah seringkali masyarakat mengenal akun-akun yang menyebarkan kabar bohong, tapi banyak yang tidak sadar itu hoaks karena informasi yang disajikan memuat dasar hidup mereka. Misalnya, soal agama, ajaran, atau kepercayaan mereka," tutur Astari.
"Berita-berita yang sesuai keyakinan itu otomatis akan membuat mereka nyaman. Tentunya tidak akan ada keraguan untuk menyebarluaskan informasi itu," kata dia.
Cek fakta: Hoaks sulit diberantas
kondisi itu, kata Astari, bisa menjadi "cambuk" bagi para pemilik dan pengelola media mainstream, sehingga ke depannya media diharapkan dapat lebih memperhatikan kode etik jurnalistik untuk menghasilkan karya jurnalistik bagi masyarakat.
Pewarta: Agita Tarigan
Editor: Panca Hari Prabowo
Copyright © ANTARA 2018