WWF Indonesia sebagai yayasan independen yang bergerak di bidang perlindungan spesies dan habitat, saat juga intervensi pengelolaan kelapa sawit sebagai salah satu faktor pemicu memengaruhi spesies dan perlindungan habitat, mengingat lahan hutan terus berkurang untuk pembukaan lahan perkebunan baru.
"Ketika core business kami mengenai spesies dan perlindungan habitat, tidak akan berubah signifikan kalau kami tidak menyentuh faktor yang memengaruhi habitat seperti kelapa sawit," kata Sustainable Palm Oil Program Manager WWF Indonesia Putra Agung kepada wartawan di Sintang,Kalimantan Barat, Jumat.
WWF Indonesia telah melakukan berbagai program pendampingan bukan hanya untuk produsen kelapa sawit, tetapi untuk pembeli dan konsumen akhir produk sawit untuk memastikan bahwa industri sawit dikelola secara berkelanjutan.
Melalui intervensi ini diharapkan para pembeli juga dapat menekan produsen kelapa sawit untuk memperbaiki pola produksi supaya produk yang mereka beli benar-benar memenuhi standar sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
"Kami inginkan adalah memutus deforestasi," Agung menjelaskan. Angka deforestasi akibat alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit mencapai 11 juta hektare pada 2014, terdiri dari luas tanaman rakyat dan perkebunan besar.
Baca juga: BPDP-KS sebut industri sawit bantu Indonesia capai SDGs
Meskipun pemerintah telah menetapkan moratorium sawit untuk menyelesaikan silang-sengkarut perizinan perkebunan sawit, termasuk tumpang tindih dengan kawasan hutan dan penyelamatan hutan alam yang tersisa, ternyata ancaman deforestasi masih ada terutama dari petani swadaya.
"Ternyata smallholders, para petani swadaya ini pergerakannya sulit dipantau. Meskipun mereka membuka lahannya sedikit-sedikit tetapi polanya acak," ujar Agung.
Karena itu, WWF Indonesia juga aktif mendampingi petani swadaya untuk menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan melalui intensifikasi lahan kelapa sawit, salah satunya di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Kabupaten Sintang terletak di lanskap Hulu Kapuas, salah satu dari lima lanskap yang menjadi fokus proyek pengelolaan sawit berkelanjutan WWF Indonesia.
Selain Kapuas Hulu, organisasi yang sudah lebih dari lima dekade berkiprah di Indonesia itu juga melaksanakan proyek serupa di empat lanskap lain yaitu Aceh, Riau, Kalimantan Tengah, dan Merauke.
Baca juga: WWF sebut perlu komitmen politik untuk penerapan sawit berkelanjutan
Baca juga: Cara Sintang mengelola perkebunan sawit berkelanjutan
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018