New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia merosot pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) karena Badan Informasi Energi AS (EIA) mencatat kenaikan berkelanjutan dalam persediaan minyak mentah AS melebihi ekspektasi pasar.Arab Saudi tidak akan melakukannya sendiri,
Stok minyak mentah AS mengalami kenaikan selama 10 minggu berturut-turut, naik 3,6 juta barel dalam pekan yang berakhir 23 November, menumpuk kekhawatiran atas surplus pasokan dan pertumbuhan permintaan yang melorot, menurut laporan mingguan EIA yang dirilis pada Rabu (28/11).
Sementara itu, para investor tetap tidak yakin apakah kesepakatan tentang pemangkasan produksi akan tercapai selama pertemuan OPEC pekan depan di Wina, karena Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan pada Rabu (28/11) negaranya tidak akan memangkas produksi minyaknya sendirian.
"Arab Saudi tidak akan melakukannya sendiri," kata Falih, seperti dikutip Reuters, karena kartel minyak dan sekutunya telah mengantisipasi untuk mencapai keputusan yang membawa stabilitas kembali ke pasar.
Para analis mengatakan pernyataan Falih mengisyaratkan bahwa kerajaan itu berusaha untuk mengurangi pasokan global dalam menghadapi tekanan dari Presiden AS Donald Trump, yang telah berulang kali menyerukan kerajaan untuk terus menurunkan harga minyak.
Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari turun 1,27 dolar AS menjadi menetap di 50,29 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari, turun 1,72 dolar AS menjadi ditutup pada 58,76 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Baca juga: Dolar AS jatuh setelah penyataan Ketua Federal Reserve
Baca juga: Harga emas naik 10,2 dolar AS
Baca juga: Minyak Brent turun ke 60,21 dolar jelang pertemuan G20 dan OPEC
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018