Lewis Hamilton mendominasi musim 2018 bersama Mercedes, walaupun mungkin menjadi musim tersulitnya untuk meraih gelar juara dunia kelima kali.
Mercedes mendapat tantangan utama dari Ferrari, yang tampak kuat di paruh awal musim. Namun demikian, Hamilton mampu memenangi sejumlah balapan di trek yang bersahabat dengan Mercedes juga di sirkuit di mana mobil tim lawan lebih kuat.
Vettel sempat mengambil alih pimpinan klasemen pebalap setelah finis ketiga pada balapan ke sembilan di GP Austria, di mana Hamilton gagal menyelesaikan balapan karena mengalami kendala tekanan bahan bakar di mobil, masalah ban dan kesalahan strategi tim yang fatal.
Namun setelah terpuruk di Austria, Hamilton menorehkan catatan impresif dengan delapan kemenangan, dua kali runner-up dan satu kali podium ketiga.
Justru di GP Meksiko lah pebalap asal Inggris raya itu mengunci gelar juara dunia kelimanya walaupun gagal finis podium.
Di balik kemenangan Hamilton ada satu tim yang luar biasa, Mercedes, yang juga merebut gelar juara konstruktor untuk kelima kalinya berturut-turut pada musim ini. Suatu pencapaian hebat di tengah olahraga yang sangat kompetitif seperti Formula 1.
Hanya Ferrari di era Michael Schumacher yang mampu menjadi juara konstruktor lebih dari lima kali.
Juara dunia lima kali Hamilton merebut kemenangannya ke-11 di musim ini dan ke-73 kalinya selama karir membalapnya di GP Abu Dhabi. Pebalap asal Inggris itu juga menjadi pebalap pertama yang meraih poin melebihi 400 di satu musim.
Baca juga: Hamilton tutup seri pamungkas F1 dengan kemenangan
Baca juga: Analisa tim di balapan penutup F1 2018
Ross Brawn yang pernah menukangi Ferrari dan Mercedes menyebut performa Hamilton sebagai "tanda juara sejati."
Namun demikian Dewi Fortuna kurang berpihak kepada Valtteri Bottas musim ini. Pebalap asal Finlandia itu sebenarnya memiliki kesempatan bagus untuk memenangi balapan seperti ketika di Baku dan Abu Dhabi, tapi justru dirundung nasib buruk entah karena situasi balapan atau keputusan tim untuk memaksimalkan hasil kejuaraan.
Bottas menjadi pebalap Mercedes yang tidak pernah meraih podium pertama musim 2018.
Sangat disayangkan, Ferrari yang menjadi penantang terkuat Mercedes tahun ini hanya mampu finis di peringkat dua di musim yang tampaknya menjanjikan gelar juara bagi tim asal Italia itu.
Sebastian Vettel masih menjadi rival utama Lewis Hamilton. Namun berbeda dengan si pebalap Inggris, sang juara dunia empat kali dari Jerman itu justru gagal memenangi balapan di mana seharusnya dia bisa menang mudah dengan mobil Ferrarinya.
Vettel, yang hanya mengantongi lima kemenangan, harus puas menjadi runner-up dengan selisih 88 poin dari Hamilton.
Kimi Raikkonen menikmati musim yang bagus tahun ini dengan sejumlah performa bagus, melebihi ekspektasi apa yang bisa diraih pebalap berusia 39 tahun itu.
Finis ketiga terbaik, pebalap Finlandia itu bertukar tempat dengan Charles Leclerc untuk kembali membalap bersama Sauber, tim di mana dia melakukan debut di Formula 1.
Baca juga: Debut bersama Ferrari, Leclerc tercepat hari kedua tes Abu Dhabi
Baca juga: Raikkonen jalani tes pertama bersama Sauber
Setelah melakoni debutnya tahun ini, Leclrec dinobatkan sebagai pebalap rookie terbaik oleh FIA. Pebalap asal Monaco itu sebelumnnya juga menjadi pebalap rookie terbaik Formula 2 pada 2017 sebelum hijrah ke Formula 1.
Leclerc menjanjikan talenta muda bagi Ferrari tahun depan. "Saya yakin kedatangannya ke Ferrari akan menjadi penyemangat baru untuk tim dan dorongan tambahan bagi Vettel musim depan," kata Ross Brawn.
Baca juga: Ferrari umumkan tanggal peluncuran mobil F1 2019
Sementara itu, musim 2018 menjadi kali pertama bagi Red Bull memenangi empat balapan, rekor terbaiknya sejak era mesin hybrid diperkenalkan pada 2014.
Namun demikian, hasil itu tidak terlalu meyakinkan bagi tim untuk meneruskan kerjasama mereka dengan Renault, sebagai pemasok mesin, dan mempertahankan Daniel Ricciardo bersama mereka.
Sang pebalap Australia itu ketika libur musim panas mengumumkan akan meninggalkan Red Bull pada akhir musim untuk membalap bersam Renault musim depan.
Setelah dihantui isu reliabilitas, Red Bull akan menggunakan mesin Honda musim depan, dengan demikian mengakhiri 12 tahun kemitraan mereka dengan Renault.
Baca juga: Renault-Red Bull berpisah usai GP Abu Dhabi
Max Verstappen masih bertahan bersama Red Bull untuk musim depan. Pebalap Belanda itu memiliki talenta seorang bintang dan masih menyisakan banyak ruang untuk berkembang di tim, terutama kemampuan untuk menahan diri dari melakukan kesalahan dan mengendalikan emosinya di trek.
Kepala Tim Red Bull, Christian Horner, akan mengundi keberuntungannya dengan mengandalkan satu lagi pebalap muda, Pierre Gasly untuk membalap bersama Verstappen.
Tiga tim besar itu hampir tidak menyisakan ruang persaingan bagi tim papan tengah. Jaraknya terlalu jauh.
Dari tujuh tim lainnya, hanya Force India, lewat Sergio Perez, yang mampu meraih podium, kala itu finis P3 di Baku, Azerbaijan.
Pebalap dari tim lainnya tidak ada yang finis podium tahun ini. Ini menjadi satu masalah bagi masa depan Formula 1 karena secara tidak langsung balapan jet darat itu bergantung kepada balapan yang kompetitif.
Kemajuan signifikan ditunjukkan oleh Renault yang finis peringkat empat klasemen konstruktor dan terutama Haas yang finis peringkat lima dalam jangka waktu tiga tahun setelah debutnya di Formula 1.
Force India juga mampu fokus di tengah masalah finansial yang mereka hadapi.
Baca juga: Lance Stroll resmi pebalap Force India di 2019
Oleh karena itu tahun depan, Formula 1 melakukan sedikit perubahan regulasi, terutama soal aerodinamika, yang bertujuan untuk memungkinkan lebih banyak salip menyalip dan membuat balapan lebih kompetitif.
Formula 1 dan Pirelli juga memperpanjang kemitraan mereka pada 2020 hingga 2023.
Tahun ini Formula 1 memperkenalkan penggunaan Halo, perangkat berbentuk seperti karet sandal jepit yang berfungsi melindungan kepala pebalap dari benturan benda-benda melayang.
Setelah menuai kritikan dari para fans di awal musim, Halo mampu merubah mereka yang berseberangan untuk mengakui adalah hal tepat untuk memasang instrumen itu di mobil, apalagi setelah insiden kecelakaan yang menimpa Leclrec di Spa dan Marcus Ericsson di Monza.
Dalam jangka waktu tiga tahun ke depan, publik juga akan disajikan bentuk mobil yang sangat berbeda.
Ketika di Singapura, sejumlah konsep mobil balap F1 diperlihatkan, selain desain mobil yang futuristik, hal yang paling ketara adalah ukuran pelek ban yang akan berubah dari 13 inci ke 18 inci.
Pirelli pun, setelah perpanjangan kontrak dengan F1, sudah berkomitmen untuk mengembangkan ban untuk pelek 18 inci tersebut.
Baca juga: F1 perkenalkan perubahan regulasi aerodinamika musim balapan 2019
Baca juga: Otomotif - Formula 1-Pirelli sepakati kemitraan baru
Musim balapan 2018 ditutup di dengan balapan perpisahan Fernando Alonso, yang mengakhiri karirnya sebagai pebalap F1 musim ini.
Alonso, yang memiliki segudang bakat itu, mengalami masa-masa sulit dengan McLaren yang tampaknya tidak bisa menterjemahkan dengan baik apa yang dia mau. Tapi Alonso tetap bertahan dan menuntaskan tanggungjawabnya.
Lewis Hamilton, Sebastian Vettel bergabung bersama Alonso melakukan atraksi "donut" dengan mobil mereka usai perlombaan sebagai salam perpisahan kepada juara dunia dua kali asal Spanyol itu. Alonso akan sangat dirindukan oleh para pebalap di trek.
Asap dari ban yang memutar kencang dari ketiga mobil juara dunia itu pun memberikan pertunjukan spektakuler dan menutup musim 2018 yang intens, salah satu musim terbaik di era mobil hybrid Formula 1.
Baca juga: Alonso rencanakan pensiun akhir musim 2018
Baca juga: McLaren siapkan livery khusus untuk Alonso sebagai tanda perpisahan
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018