"Sudah beberapa hari ini, warga disibukkan mengemas barang-barang berharga dan pada Rabu (26/12) sejak pukul 21.00 Wita, mulai mengungsi di wilayah perbukitan Koluwoka," ujar Muhlis Ismail, seorang warga Koluwoka, Kamis.
Ia mengaku, keluarganya dan sekitar ratusan kepala keluarga dari Dusun Tenilo, Bahari dan Halabolu Desa Koluwoka, serta puluhan warga lainnya di Desa Buluwatu, sudah mengungsi di tempat yang dianggap aman dari terjangan tsunami.
Bahkan kata Muhlis, di antara pengungsi sebagian besar anak-anak, para lanjut usia (lansia) juga ibu hamil.
Ia mengaku, masyarakat menerima informasi dari mulut ke mulut yang berasal dari media sosial, kemudian memunculkan reaksi ketakutan sehingga mereka memilih mengungsi.
Informasinya, kata Muhlis, tsunami akan melanda wilayah itu pada tanggal 26 Desember 2018.
Pemukiman penduduk Desa Koluwoka, rata-rata berjarak 100-300 meter dari tepi pantai.
Sementara itu, Sekretaris Desa (Sekdes) Pemerintah Desa Koluwoka, Ahmad Usman, mengaku, beberapa warga memang memilih berada di lokasi-lokasi ketinggian sejak lepas maghrib.
"Beberapa kepala keluarga bahkan keluarga terdekat saya, memilih ikut ke wilayah perkebunan yang ada di ketinggian, karena takut akan adanya tsunami," ujar Ahmad.
Namun ia berharap, agar warga tidak panik dan tidak mudah percaya dengan informasi yang tidak akurat.
"Kami tidak menganjurkan mereka untuk mengungsi, juga tidak menahan warga untuk tidak mengungsi, sebab mereka mengantisipasi jika informasi itu benar adanya," ujar Ahmad.
Ia mengatakan, warga yang mengungsi tidak membangun tenda-tenda pengungsian, sebab rata-rata menginap di gubuk-gubuk yang dibangun di areal perkebunan.
Kebanyakan mereka hanya membawa barang seadanya, seperti makanan dan selimut juga barang berharga yang mudah dibawah.
Baca juga: 4.700 warga terdampak tsunami masih mengungsi di Banten
Baca juga: Polda kawal pengungsi Sulteng ke Gorontalo
Pewarta: Susanti Sako
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018