• Beranda
  • Berita
  • Mendikbud: edukasi bencana tidak jadi mata pelajaran sekolah.

Mendikbud: edukasi bencana tidak jadi mata pelajaran sekolah.

7 Januari 2019 19:43 WIB
Mendikbud: edukasi bencana tidak jadi mata pelajaran sekolah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy memberikan keterangan kepada di sela-sela Rapat Koordinasi Penataan Guru dan Tenaga Kependidikan Region II, Jakarta, Kamis (22/11/2018). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menegaskan bahwa edukasi bencana tidak menjadi satu mata pelajaran tersendiri di sekolah.
   
"Harus saya tegaskan bahwa (edukasi bencana) itu tidak akan menjadi mata pelajaran, ini yang penting karena kalau tidak saya kunci, nanti ribut menambah mata pelajaran, jadi tidak akan menjadi mata pelajaran tetapi menjadi bagian dari proses belajar mengajar di sekolah," kata Muhadjir di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.
   
Muhadjir menyampaikan hal tersebut seusai menghadiri sidang kabinet paripurna dengan topik program dan kegiatan tahun 2019 di Istana Negara. Dalam sidang tersebut, Presiden mengatakan bahwa pemerintah dan DPR mengalokasikan lebih banyak lagi anggaran untuk melakukan edukasi dan mitigasi bencana pada APBN 2019.

"Masalah kebencanaan ada tiga yang harus ditanamkan kepada anak. Pertama itu pengetahuan dan informasi, kemudian yang kedua hal-hal yang sifatnya teknikal, jadi tentang apa yang harus dilakukan, ketiga itu simulasi yang bisa dilakukan melalui 'simulation game'. Tiga ini bisa kita lihat lebih cocok di mana," ungkap Muhadjir.

Untuk sisi pengetahuan dapat dimasukkan ke mata pelajaran seperti geografi dan biologi dan program penguatan pendidikan karakter. Sedangkan soal teknikal dapat disampaikan oleh pakar dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sedangkan simulasi dapat dimasukkan ke ekstrakulikuler seperti Pramuka, korps sukarelawan siswa serta Palang Merah Indonesia (PMI).
 
"Jadi pengetahuan tentang kebencanaan, lalu beberapa praktik teknikal  keterampilan-keterampilan yang dikuasi oleh anak kemudian simulasi melalui permainan simulasi," ungkap Muhadjir.
   
Muhadjir menargetkan pada tahun ajaran baru pelaksanaan tiga bentuk edukasi tersebut dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah.

"Sekarang 4 modulnya sudah ada, sudah dari UNICEF ada dua modul, kemudian dari BNPB juga sudah ada, kalau modul untuk sekedar tahu itu sudah ada, anak-anak bisa baca sendiri, bisa guru yang jelaskan, syukur-syukur nanti kita bisa bekerja sama dengan korps tim relawan di beberapa daerah," tambah Muhadjir.
   
Sedangkan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Natsir menjelaskan edukasi kebencanaan ada di Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Syah Kuala, Universias Indonesia (UI) dan Universitas Gadjahmada.

"Tahun ini semua kampus perguruan tinggi harus menjelaskan bagaimana mitigasi bencana. Tahun ini harus. Tahun ini ada tiga fokus yakni bela negara dan wawasan kebangsaan, antikorupsi, dan yang ketiga masalah kebencanaan," kata Natsir.

Untuk masalah kebencanaan, fokus pendidikan paling rawan adalah soal gempa bumi, tsunami, longsor dan sap.
   
"Bentuk sosialisasi dalam penjelasan di mata kuliah dasar. Kita jelaskan kondisi Indonesia di ring of fire, apa yang harus kita atasi dan nanti pada saat KKN (Kelompok Kerja Nyata) dijelaskan kepada masyarakat jadi hanya menambah kegiatan saja, anggaran sudah ada," ungkap Natsir.

Baca juga: Simulasi kebencanaan hendaknya masuk kurikulum sekolah
Baca juga: Presiden ingin edukasi mitigasi bencana ditingkatkan pada 2019
Baca juga: Jawa Barat siapkan kurikulum tanggap bencana

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019