"Sampai saat ini, dari 86 desa masih ada 41 desa di Sleman masih belum terbentuk destana," kata Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Kabupaten Sleman Joko Lelono di Sleman, Sabtu.
Pemkab Sleman melalui BPBD sejak 2012 telah membentuk dan mengukuhkan 45 destana.
"Tiap tahun kami terus berupaya membentuk dan mengukuhkan destana. Kami mendorong agar tiap desa mempunyai destana. Tahun ini kami targetkan ada penambahan 12 destana," katanya.
Ia mengatakan pada awal pembentukan destana, wilayah yang diprioritaskan yaitu yang mempunyai potensi bencana akibat dari erupsi Gunung Merapi.
"Kemudian setiap tahunnya penambahan terus dilakukan. Kini akan mulai menggarap destana di wilayah Sleman barat," katanya.
Joko mengatakan destana di Sleman dibagi dalam potensi bencana yang berbeda-beda. Ada akibat dari erupsi Gunung Merapi di wilayah Kecamatan Cangkringan, Pakem, Turi, dan Ngemplak.
Wilayah Kecamatan Prambanan juga turut dibentuk destana untuk potensi tanah longsor.
"Potensi longsor di kawasan perbukitan Prambanan cukup tinggi sehingga perlu mempersiapkan masyarakat melalui destana," katanya.
Wilayah Sleman barat juga sebenarnya ada potensi bencana, seperti puting beliung.
Ia mengatakan materi yang diberikan untuk mitigasi bencana dilakukan dengan cara berbeda, melihat potensi bencana yang ada.
"Kami berharap, hasil dari adanya destana di tiap desa bisa semakin menumbuhkan kesadaran akan potensi bencana tersebut. Minimal desa punya budaya sadar dan budaya pengurangan risiko bencana," katanya.
Baca juga: Pembentukan desa tangguh bencana di Sulbar terus didorong BPBD
Baca juga: Warga Merapi diarahkan lebih tangguh bencana
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019