Jakarta (ANTARA News) - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebutkan "start-up" atau perusahaan rintisan berbasis teknologi dan pendidikan akan menambah daftar perusahaan unicorn di Indonesia.Kalau saya melihatnya dari segi potensi, secara teoritis itu perusahaan edu-tech
"Kalau saya melihatnya dari segi potensi, secara teoritis itu perusahaan edu-tech," kata Menteri Rudiantara usai menghadiri Peringatan 10 Tahun Young Leaders for Indonesia (YLI) di Jakarta, Sabtu malam.
Di Indonesia, setidaknya saat ini sudah terdapat empat perusahaan unicorn. Unicorn adalah sebutan bagi start-up alias perusahaan rintisan yang bernilai di atas satu miliar dolar AS.
Keempat perusahaan unicorn Indonesia saat ini adalah Go-Jek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak.
Dengan bertambahnya satu perusahaan rintisan berbasis teknologi dan pendidikan tersebut, target pemerintah terciptanya lima perusahaan unicorn Indonesia dapat tercapai tahun 2019 ini.
Rudiantara menambahkan setidaknya ada 1-2 start-up yang naik kelas menjadi Decacorn Indonesia, yakni perusahaan rintisan yang valuasi asetnya menyentuh 10 miliar dolar AS.
"Bulan depan ada satu menjadi decacorn. Pokoknya ada potensi menjadi decacorn. Bisa dua perusahaan ya tergantung, saya tidak bisa tentukan, itu masalah bisnis, tergantung investornya," katanya.
Ia menambahkan tidak akan mendorong perusahaan start-up decacorn untuk melantai ke bursa saham Indonesia. Hal itu karena menurut Rudiantara, nilai saham yang dibeli dari perusahaan decacorn masih terlalu besar di lingkup Indonesia.
Oleh karena itu, pemerintah mendorong perusahaan decacorn melakukan pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) di bursa saham luar negeri.
"Decacorn itu kan 10 miliar dolar, sama dengan Rp140 triliun. Itu kalau dilepas ke publik 20 persen, sekitar Rp28 triliun siapa yang mau beli sahamnya," kata Rudiantara.
Baca juga: 10 perusahaan rintisan Jatim masuk tahap inkubasi
Baca juga: BEI siapkan papan pencatatan saham perusahaan rintisan
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019