"Kami atas nama pemerintah mengapresiasi setinggi-tingginya kerja sama dengan Jerman ini agar dilanjutkan terus," kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir di sela serah terima aset pembangkit listrik percontohan PLTP Binary Cycle 500 kW di Lapangan Panas Bumi Lahendong, Kota Tomohon, Senin.
Serah terima aset tersebut merupakan bagian dari serangkaian perjanjian antara Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI dengan Kementerian Pendidikan dan Penelitian Federal Jerman (BMBF) yang ditandatangani April 2010 di Denpasar, Bali; serta perjanjian pelaksanaan pengembangan energi panas bumi berkelanjutan di Indonesia antara GFZ dan BPPT yang ditandatangani Juni 2010.
Nasir mengatakan pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan hingga mencapai 23 persen tahun 2025. Sampai tahun ini porsi penggunaan energi terbarukan di Indonesia baru berkisar delapan persen hingga sembilan persen.
"Dari geotermal sendiri baru berkontribusi empat persen dari sembilan persen renewable energy. Jadi potensinya masih sangat tinggi," katanya.
Menurut dia, target penggunaan energi terbarukan 23 persen pada 2025 salah satunya bisa dicapai melalui pengembangan energi panas bumi atau geotermal karena Indonesia memiliki potensi panas bumi yang bisa diolah menjadi listrik dengan kapasitas 28 ribu MW hingga 29 ribu MW.
"Energi geotermal ini harus didorong. Saat ini masih rendah. Padahal potensinya bisa sebesar 28 ribu MW hingga 29 ribu MW," katanya.
Pelaksana Tugas Kepala BPPT Wimpie Agoeng N. Aspar mengatakan setelah penyerahan aset dari Jerman ke BPPT, PLTP 500 kW Lahendong akan dioperasikan oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
"Kami bersama PGE saat ini tengah menjalankan PLTP 500 kW di Lahendong. Alat ini hibah dari Jerman. Kami ingin alat ini bermanfaat menjadi potensi pembangkit berbasis energi bersih untuk juga menjadi model yang dapat diterapkan di wilayah berpotensi sumber panas bumi di Indonesia," kata Wimpie.
Ia mengatakan pengoperasian pembangkit listrik tenaga panas bumi sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan pemanasan global.
Wimpie menjelaskan pula bahwa PLTP Lahendong merupakan pembangkit listrik pertama yang menggunakan sistem binary cycle di Indonesia.
PLTP tersebut, menurut dia, memanfaatkan uap panas bumi basah yang tidak bisa dimanfaatkan oleh PLTP konvensional untuk menghasilkan energi listri.
Selain itu, PLTP bisa digunakan untuk memanfaatkan air panas sisa PLTP konvensional sehingga menambah efisiensi total dan menambah kapasitas produksi.
PLTP Lahendong juga dapat digunakan sebagai model pemanfaatan sumur panas bumi dengan uap basah yang menjadi karakteristik kebanyakan sumber panas bumi di Indonesia, terutama di wilayah Sumatera dan Sulawesi.
Ia menjelaskan BPPT bersama GFZ dan PGE telah berhasil mengoperasikan PLTP 500 kW Lahendong secara terus-menerus selama lebih dari 10 bulan pada 2018.
"Hal ini menandakan kesiapan awal BPPT bersama operator dan industri dalam negeri untuk membangun PLTP di seluruh penjuru Nusantara yang memiliki sumber energi panas bumi. Kami berharap bahwa serah terima PLTP Binary Cycle dapat menjadi langkah awal bagi upaya besar memanfaatkan energi panas bumi," katanya.
Baca juga:
Geo Dipa tambah 10 mw PLTP Dieng
Pemerintah dorong kolaborasi lintas sektor untuk optimalkan pemanfaatan panas bumi
Pembangunan PLTP tidak berdampak buruk terhadap lingkungan
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019