Dalam keterangan tertulisnya, Selasa, spesialis bedah saraf dari Brain and Spine Bunda Neuro Center itu menuturkan bahwa dalam beberapa kasus, lengkungan skoliosis bisa stabil atau malah bertambah seiring waktu.
"Skoliosis ringan biasanya tak menyebabkan masalah, namun kasus berat bisa membuat penderita mengalami masalah pernafasan. Meski penderita mungkin tak merasakan nyeri tertentu," tutur dia.
Penyebab skoliosis bisa banyak hal, salah satunya masalah kongenital, terjadi saat periode perkembangan janin.
SkoIiosis juga bisa disebabkan oleh keturunan atau genetik, panjang kaki yang berbeda, cedera, infeksi atau tumor.
"Pasien mungkin merasakan tinggi bahu atau panggung kiri dan kanan yang berbeda, merasa kebas, Iemah atau sakit di kaki, sulit berjalan atau berdiri tegak, lelah, sesak nafas dan merasa terjadi penyusutan tinggi badan," kata Wawan.
Setelah berbagai pemeriksaan, dokter akan memberikan alternatif tindakan berdasarkan beberapa faktor penentu. Misalnya lokasi lengkungan, derajat lengkungan, rasa nyeri, sesak nafas atau jenis kelamin.
Beberapa alternatif yang mungkin bisa dilakukan mulai dari sekadar observasi, non-bedah seperti penggunaan korset atau tindakan pembedahan.
Obsevasi dilakukan jika lengkungan termasuk kategori ringan. Untungnya, hal itu terjadi hampir pada 90 persen kasus Skoliosis. Sementara jika lengkungan antara 20-40 derajat dokter mungkin akan menganjurkan penggunaaan korset (brace).
Saat ini banyak dijual secara luas baik apalagi secara online korset yang konon bisa membuat penggunanya memiliki postur lebih tegak. Sebaiknya hati-hati karena tidak ada korset untuk tulang belakang yang dibuat secara universal.
"Pemeriksaan dan pengukuran oleh dokter ahli sangat diperlukan untuk semaksimal mungkin mengembalikan tulang punggung ke bentuk normal," ujar Wawan.
Jika kondisi Skoliosis yang diderita pasien lebih berat, maka pembedahan untuk koreksi tulang belakang mungkin akan diperlukan. Selama pembedahan monitoring dan evaluasi juga terus dilakukan khususnya untuk pembiusan dan monitoring saraf.
Evaluasi pasca operasi akan dilakukan khususnya agar saraf sensorik, motorik dan otonom semua bisa berfungsi usai pembedahan.
Baca juga: Pundak tinggi sebelah tiba-tiba? Waspadai skoliosis
Baca juga: Skoliosis bahkan bisa mengancam nyawa
Baca juga: Olahraga bisa sembuhkan skoliosis? Ini kata ahli
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019