"Debatnya berlangsung datar saja, seperitnya ada kendala psikologis antara Sandi dan Ma'ruf," kata pengamat dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu saat dihubungi Antara di Jakarta pada Minggu.
Dia mengatakan Ma'ruf sangat menjaga tutur katanya karena dia tidak ingin terlihat agresif, hal serupa juga terjadi pada Sandi yang cukup hati-hati memilih bahasa.
"Sandi hati-hati memilih bahasa agar tak terkesan menyerang ulama, makanya debat berlangsung datar sekali," kata dia.
Artikulasi Ma'ruf dinilai lebih datar, sedangkan Sandi lebih santai dan banyak menyampaikan temuan di lapangan.
Dia juga menilai Ma'ruf dapat mengimbangi Sandi dengan menyampaikan capaian kerja pemerintahan Joko Widodo yang dilengkapi dengan data.
Ma'ruf Amin juga dinilainya konsisten dengan tampilan islami, tak lupa dengan kutipan-kutipan ayat-ayat Al-Quran dan hadist.
Adi mengatakan secara umum substansi yang disampaikan kedua calon selama debat sama seperti narasi yang mereka dengungkan selam ini.
"Sandi tetap dengan narasi oposannya menyerang sisi kekurangan Jokowi seperti isu tenaga kerja asing, BPJS, pendidikan dan lainnya," kata dia.
Pada penutupan, Sandi mencioba menawarkan satu kartu yaitu kartu KTP menjadi kartu segala bisa yang dapat diakses untuk segala program, sementara Ma'ruf datang menawarkan tiga kartu baru yaitu kartu KIP Kuliah, pra-kerja, dan sembako murah.
Pemilihan Presiden 2019 diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni pasangan nomor urut 01 Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin, serta pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno.
Baca juga: Sandiaga disebut hanya tampilkan gagasan sendiri
Baca juga: AIPI nilai pembentukan badan riset nasional kurang efektif
Baca juga: Adu yel-yel pendukung kedua pasangan ramaikan lokasi Debat Cawapres
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019