"Festival ini bertujuan agar upacara adat di DIY semakin tumbuh dan tidak ada yang punah," kata Kepala Bidang Pelestarian dan Pengembangan Adat Tradisi Lembaga Budaya dan Seni Dinas Kebudayaan
DIY Eni Lestari Rahayu saat jumpa pers di Yogyakarta, Rabu.
Menurut Eni, festival yang didukung dengan dana keistimewaan itu menjadi spesial karena sekaligus merayakan peringatan 30 tahun Sri Sultan Hamengku Buwono X naik tahta sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
"Kegiatan ini juga selaras dengan harapan 'Tahta untuk Rakyat' bahwa kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat Yogyakarta harus diutamakan," kata dia.
Gelaran kolosal tradisi unggulan yang hanya terdapat di DIY itu akan diikuti kontingen dari Kabupaten Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Mereka akan mempersembahkan atraksi budaya yang menarik dan layak dinikmati masyarakat maupun wisatawan.
"Fokusnya pada pengemasan atraksi menjadi sebuah bentuk pagelaran kebudayaan yang menarik serta komunikatif. Menghadirkan unsur koreografi dan teatrikal sehingga dapat dinikmati, dihayati, dan diapresisi masyarakat," kata dia.
Eni menjelaskan masing-masing kontingen akan menyajikan atraksi budaya berupa upacara adat dengan didukung 87 orang selama 25-30 menit mulai pukul 11:00 WIB. Sejumlah upacara adat itu yakni Adat Babad Dalan Giring (Gunungkidul), Adat Labuhan Merapi 'Kala Murdha' (Sleman), Grebeg Bakda Mangiran (Bantul), Upacara Adat Kuthukan Sunan Geseng (Kulonprogo) dan Upacara Adat Karangkitri (Kota Yogyakarta).
Baca juga: Ratusan orang upacara "sadranan" di lereng Merapi
Baca juga: Sultan resmikan Akademi Komunitas Negeri Seni Budaya Yogyakarta
Baca juga: Dinas kebudayaan DIY gelar festival adat
Baca juga: Menjaga Budaya Melalui Gerakan "Segoro Amarto"
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019