• Beranda
  • Berita
  • Saatnya memindahkan keriuhan tribun penonton ke TPS

Saatnya memindahkan keriuhan tribun penonton ke TPS

29 Maret 2019 09:07 WIB
Saatnya memindahkan keriuhan tribun penonton ke TPS
Pebulu tangkis ganda putra Indonesia Hendra Setiawan (kanan) dan Mohammad Ahsan pada babak perempat final All England 2019 di Arena Brimingham, Inggris, Jumat (8/3/2019). ANTARA FOTO/Widya Amelia - Humas PP PBSI/hma/ama. (ANTARA FOTO/Widya Amelia)

Semoga pelaksanaan Pemilu 2019 dapat berlangsung damai, aman dan kondusif tanpa keributan, apalagi hanya dipicu perbedaan pilihan

Yel-yel, sorak sorai, ataupun sekadar teriakan "eaa!! eaa!!" bukan atmosfer yang sulit didapati dalam setiap kompetisi olahraga apapun di Indonesia.

Dari tribun penonton sebuah gedung olahraga yang hanya berkapasitas ratusan orang, ribuan atau bahkan puluhan ribu, sajian pertandingan olahraga akan selalu tak lengkap jika tak diwarnai keriuhan para pendukung atlet-atlet yang berlaga di tengah lapangan.

Bahkan tak jarang, pendukung Indonesia merogoh koceknya, terbang ke negeri seberang untuk memberikan dukungan langsung kepada para pejuang Merah Putih di kompetisi-kopetisi antarbangsa.

Baru-baru ini, di luar Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, Vietnam, para suporter Indonesia larut dalam kegembiraan bersama pendukung tuan rumah. Bernyanyi, meneriakkan yel-yel dan saling melontarkan rasa hormat kepada satu sama lain sebelum tim nasional sepak bola kedua negara bertarung di atas lapangan hijau dalam turnamen kualifikasi Piala Asia U-23 2021.

Kegembiraan itu, keriuhan yang sama, adalah semangat yang patut diusung setiap warga negara Indonesia pada 17 April 2019 nanti, ketika mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) masing-masing untuk menunaikan hak pilih mereka dalam Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019.

Laiknya ajang perjuangan para atlet dalam pertandingan final sebuah kompetisi demi mewujudkan hasil terbaik bagi timnya maupun Merah Putih di pentas dunia, pemilu tak ubahnya sebuah pesta demokrasi untuk menelurkan para wakil dan pemimpin terbaik yang menuntun jalannya pemerintahan dalam lima tahun mendatang.

Rakyat Indonesia, penyuka olahraga ataupun tidak, seharusnya bisa tertular virus kegembiraan menyambut Pesta Demokrasi 17 April 2019 sebagaimana dirasakan oleh kapten Stapac Jakarta, Oki Wira Sanjaya.

"Kalau gua sebagai pribadi excited banget loh pemilu itu," kata Oki yang ditemui dalam sebuah kesempatan jelang rangkaian final Liga Bola Basket Indonesia (IBL) 2018-2019 di Jakarta.

"Memilih itu kan lima tahun sekali, kita datang ke TPS dekat rumah masing-masing. Bertemu teman-teman dekat, terlepas dari pilihan yang pastinya berbeda-beda," ujar dia menambahkan.

Baca juga: Pemilu di Madura; berharap tuah dari kalangan pesantren
 
Pebasket Pelita Jaya EMP Faisal Julius Achmad (kiri) dikejar pebasket M88 Aspac Oki Wira Sanjaya (kanan) berusaha mendrible bola saat pertandingan Semi Final IBL 2016, di Britama Arena, Jakarta, Sabtu (21/5). Pelita Jaya menang atas Aspac dengan skor 76-55. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/kye/16 (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma


Memilih itu penting

Sebagaimana semangat para atlet yang menular kepada para penonton di tribun dalam sebuah pertandingan olahraga, ataupun sebaliknya, riuh rendah pemilu seharusnya juga dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Tingginya antusiasme penonton, sudah pasti akan memengaruhi daya juang para atlet yang berlaga di tengah lapangan dalam sebuah pertandingan olahraga.

Hal yang sama juga terjadi dalam pesta demokrasi, semakin tinggi tingkat partisipasi warga dalam menunaikan hak pilihnya, semakin besar tanggung jawab yang diampu orang-orang yang terpilih, yang nantinya akan menjadi bahan pertimbangan ketika mereka mengambil keputusan terbaik bagi segenap bangsa.

Oki, lagi-lagi menegaskan bahwa menggunakan hak pilih adalah sesuatu yang nilainya sama penting baginya dalam upaya memajukan olahraga nasional.

Tampil di tengah lapangan dengan keringat yang deras bercucuran adalah perjuangan Oki untuk memajukan olahraga nasional, dan datang ke TPS untuk menunaikan hak pilih adalah caranya untuk berkontribusi menentukan arah negara tanpa harus turun langsung ke gelanggang politik.

Bagi Oki, mereka yang memutuskan untuk mengabaikan hak pilihnya atau biasa disebut sebagai golongan putih (golput), sama halnya melepaskan diri dari tanggung jawab membangun masa depan Indonesia.

"Buat anak muda, ya jangan golput lah. Buat masa depan Indonesia juga," kata Oki.

"Apapun pilihan kita, kalaupun berbeda-beda, ya tetap wajib memilih," ujar dia.

Hal yang sama juga diungkapkan atlet panjat tebing nasional, Puji Lestari, yang memastikan ia tidak pernah absen menggunakan hak pilihnya sejak ia dikategorikan sebagai pemilik suara dalam tiga gelaran pemilu terakhir.

"Jelas dong ikut, wajib itu. Selama tiga kali pemilu saya tidak pernah absen," kata perempuan peraih medali emas nomor Speed World Record Relay Women di Asian Games 2018 tersebut.

"Apalagi sekarang berbarengan dengan pilpres, ini menyangkut nasib negara Indonesia di masa mendatang," ujar Puji.

Baca juga: Geliat demokrasi di kampung TKI

Jawara ganda putra turnamen bulutangkis All England 2019, Hendra Setiawan, juga menyuarakan hal serupa. Bagi Hendra, sebelum menjadi atlet pada dasarnya ia adalah warga negara Indonesia yang memiliki kewajiban yang sama untuk menentukan nasib bangsa.

"Pasti nyoblos lah, selama ini saya tidak pernah absen," ujar Hendra, sembari menyuarakan harapan Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019 berlangsung aman dan damai.

Sedangkan pesepak bola PSIS Semarang, Hari Nur Yulianto, memastikan bakal menggunakan hak pilihnya setelah lima tahun lalu terpaksa absen karena hari pencoblosan berdekatan dengan jadwal kompetisi di luar daerah.

Senada dengan Hendra, Hari berharap penggunaan hak pilihnya bisa dilakukan dalam suasana pemilu yang berlangsung aman dan kondusif.

"Semoga pelaksanaan Pemilu 2019 dapat berlangsung damai, aman dan kondusif tanpa keributan, apalagi hanya dipicu perbedaan pilihan," ujar Hari.

Kapten Satria Muda Pertamina Jakarta yang juga penggawa tim nasional bola basket putra, Arki Dikania Wisnu, sekali lagi menegaskan betapa pemilu penting bagi kelangsungan Indonesia.

"Gua pikir itu penting, karena pemilu bukan cuma berpengaruh ke gua ataupun elo, tapi semua orang, buat memastikan bahwa negara dan pemerintahan berjalan seperti sebagaimana mestinya," ujar Arki.

Bagi Arki, pemilu bukan cuma penting untuk atlet yang mungkin keberlangsungan perjuangan mereka disokong biaya negara ataupun mereka yang berkecimpung di dunia politik, tapi segenap masyarakat Indonesia.

"Semua orang yang sudah boleh memilih, berangkatlah ke TPS, jangan menunggu," kata Arki.

Sebagaimana Arki katakan, masyarakat yang memilliki hak pilih tidak perlu menunggu sampai punya saudara atau kolega yang ikut ambil bagian sebagai calon untuk berangkat ke TPS.

Segala informasi tentang tata cara menggunakan hak pilih sudah disiarkan secara jelas oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Mari periksa ketercantuman diri di daftar pemilih tetap dan pastikan nama kita tercantum di lokasi TPS. Ayo bersama-sama memindahkan keriuhan yang biasa tercipta di tribun penonton pertandingan olahraga ke TPS-TPS tempat para calon pemimpin bersaing mendapatkan suara terbanyak.

Baca juga: Pemilu di China, Mengikhtiarkan Hak Demokrasi Diaspora
Baca juga: Menanti reuni lima tahunan di Singapura

 

Pewarta: Gilang Galiarta dan Aditya Pradana Putra
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2019